Sabtu, 04 Juni 2011

Seberkas cahaya Senthir

Dari senthir menjadi lampu neon

Teringat waktu aku kecil. Ketika malam datang, nyala lampu senthir atau teplok yang menemani kami melewati malam hari. Dengan bahan bakar minyak tanah yang diisi penuh, dapat menemani kami sepanjang malam. Bagian senthir sendiri terdiri dari tiga bagian. Bagian bawah tempat minyak tanah, bagian tengah tempat sumbu dan bagian atas yaitu kaca yang berfungsi agar nyala api tidak mati terkena angin. Sudah tak kehitung berapa kali kaca tempat senthir itu pecah. Biasanya pecah karena terjatuh, dan biasanya langsung diganti dengan yang baru, mengingat dulu tiap sore ada yang menjajakan lampu teplok atau senthir. Perawatan lampu senthir gampang-gampang susah, biasanya tiap mau dipake dibersihin dulu kaca bagian atasnya yang gosong kena asap hitam yang mengepul. Selain itu dirawat sumbu-sumbunya agar nyalanya dapat diatur persis seperti perawatan kompor minyak. Kini barang itu sudah berganti dengan nyala lampu listrik. Dulu ketika masih menggunakan senthir, begitu terasa bahwa sumber cahaya sangat kami butuhkan. Dengan cahaya yang remang-remang disitu kami berkumpul, disitu kami belajar. Kini jaman sudah berkembang. Cahaya mudah didapat dengan sekali pencet saklar, lampu sudah menyala dan ruanganpun terang benderang. Dan akupun bersyukur dengan apa yang kualami, dari senthir menjadi lampu neon. Belajar menghargai cahaya, merawat cahaya, dan belajar menjadi cahaya yang menyinari sesama tanpa memandang miskin atau kaya.
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati