Kamis, 14 Juli 2011

Plinthéng/ketapel

Sebuah mainan anak kecil, yang terbuat dari cabang kayu. Biasanya cabang kayu dari pohon jambu kluthuk (mengingatkan pemimpin/wakil rakyat jangan kerjanya cuma manthuk-manthuk dan batuk-batuk sambil terkantuk-kantuk) atau cabang kayu dari pohon waru (menjadi pemimipin yang kepemimpinannya patut untuk ditiru). Kedua pohon tadi sangat mudah dijumpai dimana-mana (sebagai pemimpin harus mendengarkan aspirasi rakyat yang tersebar dimana-mana) Plintheng/ketapel digunakan untuk menembak berbagai macam sasaran yang dituju. Sasaran dapat berupa buah yang terdapat di pohon yang tinggi, biasanya sih pohon milik tetangga yang terkenal pelit (jangan jadi pemimpin dan wakil rakyat yang pelit akan janji-janji dan jangan berkelit ketika kasus melilit).

Dengan simbol ketapel pula, masyarakat ikut menyambut kedatangan pak SBY. Ketapel yang di bawa oleh masa pro penetapan keistimewaan DIY ikut "menyemarakan" kedatangan pak SBY selasa sore yang lalu. Ketapel sebagai simbol perlawanan rakyat kecil, yang ingin mencoba memberi tahukan presiden bahwa rakyat Mataram mendukung sepenuhnya penetapan. Harga yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika benar lewat ketapel beliau juga tidak segera mendukung keistemawaan DIY. Maka srikandi Mataram siap dengan panahnya. Panah yang siap membelah. Membelah penetapan atau referendum? Membelah dan akhirnya berpisah sebuah harga yang sangat mahal.

Pak BeYe jangan sekali-kali meremehkan ketapel, dengan ketapel raksasa seperti Goliat bisa jatuh terkapar di tanah lho. Ketapel itu sangat sederhana bentuknya, tetapi rasa sakit jika terkena tembakannya. Jadi jangan sekali-kali menyepelekan aspirasi masyarakat DIY yang terkenal dengan kesederhanaan dan kreativitasnya. Kami cinta damai, tetapi kami lebih cinta keistimewaan Jogja. Jogja akan selalu tetap istimewa.
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati