Rabu, 27 Juli 2011

Teh buat bapak

Setiap sore hari menyapa.
Selalu ada aktivitasnya yang tak pernah kulupa.
Dengan tenaga yang masih tersisa.
Mengisi air dengan menimba.

Sebuah ceret menjadi saksi bisu.
Entah berapa puluh kali terpanggang di atas tungku.
Dengan penuh sabar menunggu.
Dua buah gelas telah menanti di atas meja kayu.

Segenggam teh masuk dalam sebua teko kecil.
Air panas siap menyeduh teh dalam teko kecil
Dua buah gelas telah siap memanggil-manggil.
Ikut menambah kehangatan di rumah yang kecil.

Akhirnya teko kecil itu sudah tak ada lagi.
Tak ada lagi 2 gelas yang tersaji.
Tak ada yang membuatkan teh di senja hari.
Hingga suatu hari kucoba buat sendiri.

Kini mulai tersaji lagi segelas teh di atas meja.
Segelas teh yang panas, legi dan kenthel.
Teh yang rasanya tak kalah dengan buatannya.
Mungkin itulah salah satu tinggalan tersisa yang ada padaku.

Sebuah cara membuat teh nasgithel yang diwariskan.
Secangkir teh panas yang menjadi teman.
Menjadi teman yang akrab di senja hari.
Kini minum teh di senja hari terasa sangat berbeda.
Terasa berbeda tanpa kehadirannya.

Ini ceritaku...
apa ceritamu...:)
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati