Kamis, 11 Agustus 2011

Si kancil di sarang penyamun

Si kancil masih saja terus mencuri timun pak tani.
Dari jaman ke jaman tetap saja sulit menghilangkan kebiasan si kancil yang suka mencuri. Mencuri timun pak tani yang miskin. Timun yang dicurinya pun terus ditimbun di rumahnya. Dibagi-bagikannya timun itu ke sanak keluarganya. Walaupun rumah sudah berkecukupan timun, si kancil masih saja terus mencuri timun pak tani, maklumlah kancil yang tamak.

Suatu hari selesai mencuri timun di proyek wisma atlet, lalu si kancil bingung mau diapakan lagi timun yang ia bawa. Rumah sudah penuh, sanak saudara kerabat juga sudah dapat jatah. Lalu ia berpikir, alangkah baiknya aku masuk partai saja. Toh dengan timunku yang melimpah banyak pasti penghuni dan pengurus partai dekancil akan menerima ku. Akan kubagi semua timunku pada mereka. Maklumlah mereka semua juga suka timun dan tak ada yang menolaknya. Benar juga pikiran licik si kancil berjalan sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Tak membutuhkan waktu lama sikancil menjabat sebagai pengurus inti partai, sebagai bendahara umum partai dekancil.

Dan pada suatu hari sikancil tertangkap oleh pak tani, akibat ketamakan dia. Lalu sama pak tani, kancil ditanya, "Kenapa selalu mencuri timun-timunku? Sudah kamu kemanakan timun-timunku itu?" Si kancil menjawab semua pertanyaan dengan ketakutan. Maklumlah usia kancil yang relatif masih muda dan sudah dihadapkan pada sebuah sabetan clurit pak tani.

Akhirnya si kancil menceritakan kemana saja timun-timun hasil curiannya itu. Sampai timun-timun yang dibagi-bagikan ke partai dekancil. Namun sayang sungguh sayang, ternyata tempat partai kancil bernaung isinya penyamun semua. Penyamun-penyamun yang cerdik dan licik sehingga tak mudah bagi pak tani mengecek keberadaan timun yang telah dibagi-bagikan. Maklumlah timun-timun yang sudah dibagikan sudah pada dimakan.
Sungguh sial nasib mu cil...cil
-siGal-

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati