Jumat, 30 Desember 2011

Doa penjual terompet

Stairs and Lamp, scene at Wisma Anugerah, Bogor, Indonesia

Menjelang pergantian tahun, mulai banyak penjual terompet yang berjejer-jejer di jalanan. Termasuk juga lelaki tua dengan topi lusuh di kepala. Lelaki tua itu menjadi penjual terompet dadakan, mengingat saat ini sekolah lagi libur semester. Biasanya lelaki tua itu berjualan es dan makanan kecil di depan sekolahan. Untuk tetap menghidupkan asap dapur, maka moment pergantian tahun ini dimanfaatkan untuk berjualan terompet.

Siang itu lelaki tua dengan topi lusuhnya sedang berteduh di emperan rumah. Maklumlah hujan turun dengan derasnya. Sambil menutupi dagangan terompetnya dengan plastik. Lelaki tua itu berguman dalam hati :
"Tuhan aku tahu pikiranku itu bukanlah pikiranmu.
Rencanaku itu bukanlah juga rencanaMu.
Pikiranku semoga malam tahun baru, cuaca cerah.
Agar dagangan terompetku dapat laris manis.
Kalau cuaca malam cerah tak turun hujan.
Maka akan semakin banyak orang yang menghabiskan akhir tahun di luar.
Dan itu menjadi lahan yang laris bagiku.

Rencanaku kalau cuaca cerah aku akan keliling dari jalan satu ke jalan lainnya.
Meniup terompet dari kampung satu ke kampung lainnya.
Namun aku sadar pikiranku, dan rencanaku
tak selalu sama dengan rencanaMu.
Walaupun rencanaku tak sejalan dengan rencanaMu.
Namun satu hal yang aku yakini adalah rencanaMu itu selalu baik bagiku.
RencanaMu selalu indah bagiku.
Bisa berjualan sampai malam tahun baru itupun sudah bersyukur.
Tak peduli hujan ataupun cerah, karena semuanya Engkau sendirilah yang mengatur.
Jika hari ini masih diberi hidup itu semua karena anungerahNya.
Jika masih diberi hidup sampai malam tahun baru itu juga karena anugerahNya.
Jika malam tahun baru diberi cuaca cerah itu juga karena anugerahNya.
Jika malam tahun baru hujan itu semua juga karena anugerahNya."
Photobucket

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati