Rabu, 31 Agustus 2011

Ku berjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia

Jesus Christ Pictures, Images and Photos
"ku berjuang sampai akhirnya
KAU dapati aku tetap setia"

Siapa yang tak ingin setia sampai akhir? Tetap setia walaupun di tengah godaan dan badai persoalan yang menerpa kita. Disaat doa-doa kita belum terkabul? Disaat godaan duniawi yang begitu menjanjikan? Disaat beban persoalan hidup rasanya tak pernah berhenti? Sampai kapankah kita bisa setia sampai akhir?

Teringat akan sebuah pengalaman waktu dulu masuk Palang Merah Remaja. Disaat acara pelantikan anggota baru, para peserta diberi satu telur ayam mentah. Telur ayam mentah itu harus dibawa dengan genggaman tangan kita. Tidak boleh dimasukan saku, apalagi dimasukan dalam tas. Telur itu tidak boleh pecah sampai pos terakhir. Ibaratnya telur itu adalah pasien kita, dan tugas kita wajib untuk menjaga, melindungi dan mengantar pasien sampai ke rumah sakit dengan tak kurang satu apapun. Dengan tangan mengenggam sebutir telur, para peserta berjalan dari pos satu ke pos yang lainnya. Selama perjalanan itu, banyak rintangan, gangguan dari panitia yang membuat agar telur yang dibawa peserta itu pecah. Banyak pesesta yang berguling-guling ria menghindari ranjau, menghindar dari lemparan air. Jatuh dan badan penuh kotor sudah tak dapat dihindari lagi. Walaupun susah payah melindungi telur, masih saja banyak telur yang pecah. Pecah karena terjatuh dalam perjalanan, pecah karena terlalu kuat mengenggamnya, pecah karena takut dan kaget dengan apa yang dilihat di depan, pecah karena lemparan air. Namun masih ada peserta yang mampu membawa butir telur sampai selesai tidak pecah. Tentu perjuangan yang tak mudah hingga membuat telur itu tak pecah di tengah jalan.

Kesetiaan mengikuti DIA, itu ibarat sebuah butir telur yang kita genggam di tangan. Sebuah perjalanan yang panjang, banyak rintangan, cobaan, godaan yang memaksa kita untuk segera melepaskan telur dari genggaman tangan. Tak mampu melewati rintangan dan cobaan hidup hingga telur itu pecah di tangan. Lalu kita buang dan kita campakan di tengah jalan. Namun kesetiaanNya, kerahimanNya yang tanpa batas tetap menyertai kita walaupun kita telah meninggalkanNya. Walaupun kita telah mencampakanNya. Seperti bau telur yang pecah di tangan, baunya tak akan hilang begitu saja, akan terus melekat dan menempel di tangan kita, menyertai kita sampai akhir perjalanan.

Akankah kita dapat setia sampai akhir? Dan dapat mengalami suasana penuh suka cita, sebuah pelukan hangat, dan suara yang mengatakan, "Terima kasih sahabatKU karena kamu telah setia sampai akhir."
-siGal-

Selasa, 30 Agustus 2011

Hidup itu ibarat ketupat

ketupat Pictures, Images and Photos
Kebahagiaan kita menjadi penuh dengan memberikan diri kita bagi orang lain. Rasanya di hari lebaran ini sangat mudah untuk menemukan ketupat. Baik ketupat kosongan yang dijual di pasar ataupun ketupat yang sudah matang yang siap disantap bersama opor. Tak semua orang dapat membuat ketupat. Butuh keterampilan tangan dalam merajut anyaman daun kelapa yang dibuat menjadi bentuk segi empat yang unik. Setelah terbentuk longsongan ketupat, biasanya lalu diisi dengan beras. Dalam mengisinya pun tidak boleh terlalu penuh. Kalau terlalu penuh berasnya, jika matang bentuk ketupat akan membesar, dan nasinya bisa mencotot pada keluar. Pokoknya bentuknya tidak rapi dan bisa membuat selera orang untuk makan opor jadi berkurang.

Setelah diisi beras sesuai takaran, baru ketupat siap dimasukan dalam dandang dengan nyala api yang secukupnya. Panasnya api akan mengubah butir-butir beras menjadi nasi yang memadati isi ketupat. Tak berapa lama ketupatpun sudah matang. Ketupat yang sudah matangpun tak dapat digunakan, atau tak dapat disantap bersama opor ayam jika tubuh ketupat tidak dibelah terlebih dahulu. Tajamnya pisau membelah badan ketupat menjadi dua bagian. Tak berhenti disitu, setelah terbelah menjadi dua bagian besar, masing-masing bagian masih dipotong lagi kecil-kecil. Dipotong kecil-kecil untuk dibagi rata sesuai dengan porsi yang diinginkan.

Hidup kita ibarat seperti ketupat. Tangan Tuhan lah yang merajut dan menganyam diri kita hingga kita hadir di dunia ini. Kita ibarat anyaman daun kelapa, yang masing-masing telah diberi dan dibekali dengan segala anugerah, bakat dan talenta untuk dapat digunakan dalam mengisi hidup ini. Selama kita masih diberikan hidup, apakah segala perbuatan, anugerah, bakat dan talenta kita sudah bermanfaat bagi sesama kita? Sudahkah kita mengembangkan segala apa yang kita terima dengan semaksimal mungkin? Sudahkah kita bagi-bagikan untuk sesama kita? Seperti ketupat matang yang dipenuhi dengan nasi, begitupula kebahagiaan kita menjadi penuh dengan mau memberikan diri kita bagi sesama. Berkurban, dan rela untuk dibagi-bagi demi sesama. Seperti potongan kecil-kecil ketupat yang tersaji bersama opor, yang siap dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. Sungguh indah bukan? Berkat potongan-potongan kecil ketupat, dapat melengkapi kebahagiaan berkumpul bersama sanak keluarga.

Jangan biarkan apa yang telah dianugerahkan kepada kita hanya untuk diri kita sendiri saja. Kita tak mau berkorban dengan memberikan apa yang kita punya buat sesama. Kita tak mau berbagi, kita tau mau bersusah payah, tak mau repot-repot demi sesama. Kita ibarat ketupat yang tak mau diiris dengan pisau. Hanya sebagai hiasan di meja makan, yang lambat laun akan basi karena tak mau dipotong dan dibagi-bagi. Jangan biarkan diri kita menyesal, karena terlambat menyadari dan membagikan anugerah yang dimiliki bagi sesama.

Berkurban itu memang pahit jika ditanya "mengapa," namun membahagiakan bila dilaksanakan dengan ikhlas.
-siGal-

Senin, 29 Agustus 2011

Ada tawa dan derai air mata di antara kita

dream Pictures, Images and Photos
"Hal yang membuatmu tertawa saat ini, suatu saat nanti akan membuatmu menangis; dan apa yang membuatmu menangis saat ini adalah hal yang akan membuatmu tertawa kelak."
Sebuah ungkapan yang jika dirasakan ada benarnya. Teringat akan sebuah canda dari orang-orang terdekat kita, yang sering membuat kita tertawa. Kehadirannya membuat ceria, berkat guyonannya, ceritanya. Kedekatannya membuat kita bisa tersenyum, tertawa karena melakukan hal-hal konyol. Sebuah senyuman tersungging jika mengingat kenangan yang telah dilalui. Melihat foto mereka, mengenang cerita-cerita kebersamaan waktu dulu. Saat ini mungkin kita masih bisa tersenyum berkat mereka, tetapi suatu saat akan ada tangis air mata. Tangis air mata atas perpisahan, tangis air mata atas rasa bangga, tangis air mata atas sebuah kesalah pahaman.

Sebuah tangis air mata atas usaha yang tak kenal lelah yang menghantarkan kepada senyum bahagia dan bangga. Seperti seorang ibu dengan air mata kebahagian ketika melihat anaknya lahir di dunia. Tangisan karena beban persoalan hidup, tangisan duka cita yang pernah mengalir di pipi kita. Dan saat ini kita mungkin tersenyum bahagia. Dahulu kita memang menangis namun saat ini kita tersenyum bangga. Bangga bercampur rasa syukur atas kehadiran mereka yang boleh mengisi perjalanan hidup kita. Ucap syukur kepada Sang Pencipta karena boleh berada dan merasakan kehangatan di tengah-tengah mereka. Mengucap syukur karena telah dipertemukan dan dikenalkan oleh mereka yang begitu berarti dalam hidup kita.
-siGal-

Minggu, 28 Agustus 2011

Hati seluas samudera atau seluas cangkir?

Heart Pictures, Images and Photos
Hati kita itu sebenarnya dapat seluas samudera raya. Namun terkadang, kita sering memberikan batasan-batasan tersendiri. Kita kecilkan, dan disekat-sekat sendiri oleh diri kita. Hati yang seharusnya dapat menampung air seluas samudera, terkadang menjadi sempit, hanya mampu menampung air segelas. Akibatnya memandang kejadian, pengalaman hidup selalu sebatas air dalam gelas. Kesabaran hatipun menjadi sangat terbatas. Luka-luka hati menjadi cepat terkumpul, karena hatinya hanya sebatas gelas. Segala pengalaman baik, hal-hal baik rasanya kalah dengan segala luka batin yang dialami. Dengan mudah luka batin menutupi hal-hal yang baik.

Teringat akan sebuah cerita lama. Dikisahkan ada sebuah murid yang datang kepada gurunya. Dan bertanya bagaimana cara menyembuhkan luka-luka batin. Lalu sang guru berkata, "Ambilah racikan jamu yang telah aku buat di depan ini." Lalu dengan cekatan murid itu pergi melangkah ke dapur untuk mengambil cangkir. Diambilnya racikan jamu dalam sebuah panci besar dengan cangkir yang ia ambil. Lalu sang guru berkata, "sekarang minumlah jamu itu." Murid itupun menuruti apa yang dikatakan oleh sang guru, jamunya diminum sampai habis. Lalu kata gurunya, "pengalaman pahit, disakiti, dicampakan, kegagalan, jatuh, pertengkaran, adalah seperti sebuah jamu yang kamu ambil dalam cangkir. Jamu itu sungguh pahit, karena kamu batasi dengan sebuah cangkir kecil. Tanpa pikir panjang kamu langsung meminumnya, tanpa terlebih dahulu menyiapkan makanan atau minuman yang dapat menghilangkan segera rasa pahit di lidah. Hati kita juga terkadang seperti cangkir kecil, rasanya begitu mudah kita mengalami hal-hal buruk. Hal-hal yang tidak mengenakan itu dengan mudah kita telan dan kita masukan dalam hati. Dan tak jarang kita selalu menyimpan rasa pahit, masih menyimpan luka-luka batin selama bertahun-tahun.
Sekarang ambil lagi ramuan jamu pahit dengan cangkir, lalu buang jamu pahit itu ke dalam samudera. Apakah rasa pahit jamu akan dijumpai dalam samudera? Rasanya tak mungkin terjadi, luasnya samudera membuat rasa pahit yang ditaburkan menjadi tak berasa."

Sebuah pilihan ketika mengalami kegagalan, kepahitan, rasa ditolak, waktu ketika jatuh, tak dianggap, diremehkan. Apakah pilihan yang akan kita ambil. Apakah hati kita batasi dengan sebuah cangkir saja? Ataukah hati, kita biarkan seluas samudera? Dendam, rasa sakit hati, akan hanyut oleh samudera kesabaran hati kita. Tak ada luka hati yang disimpan lama-lama. Melihat, berpikiran positif terhadap setiap pribadi yang ditemui, melihat setiap kejadian yang dijumpai akan melatih diri menjadi hati yang seluas samudera.

Janganlah jadikan hati kita yang mulia ini hanya sebatas cangkir, tetapi jadikanlah hati kita seluas samudera raya.
-siGal-

Sabtu, 27 Agustus 2011

Semua Karena AnugerahNya

hawaii Pictures, Images and Photos
Hidup yang masih kita jalani...
Rejeki yang boleh kita terima...
Makanan dan minuman yang boleh kita santap...
Rahmat kesehatan yang boleh kita rasakan...
Anugerah kesembuhan dari sakit...
Penghiburan disaat jatuh...
Jabatan yang saat ini diemban...
Prestasi kerja ataupun prestas sekolah...
Semua yang kita terima itu, semua karena AnugerahNya.

Matahari yang masih bersinar...
Bintang dan bulan yang menghiasi langit malam...
Udara segar yang masih kita hirup...
Hujan yang membasahi bumi...
Pelangi yang tergambar di langit...
Tumbuhan yang mulai bersemi...
Bunga-bunga yang mulai bermekaran...
Pohon yang mulai berbuah....
Burung di langit yang berterbangan...
Hewan yang masih berlarian kesana kemari...
Ikan-ikan yang masih bebas berenang di air...
Semua yang kita lihat...
Semua yang kita jumpai...
Itu semua karena anugerahNya...

Sudahkah kita mengucap syukur atas setiap detik yang boleh kita alami?
Mengucap syukur atas setiap anugerahNya yang boleh kita terima?
-siGal-

Jumat, 26 Agustus 2011

Buat kamu yang pinter

retro fashion Pictures, Images and Photos
Orang Pinter
Sering kali keminter
Perkataannya bikin gemeter
Omonganya terdengar santer
Membuat kepala jadi muter-muter

Ah...orang pinter
Kami ini biasa minum es puter
Kami juga bukan lulusan dokter
Jadi maklum loading kami tak banter

Hey...orang pinter
Omongan mu bikin aku tambah teler
Membuat hidung semakin tambah meler
Tuh liat mulutmu semakin tambah ndower

Orang pinter...
Kamu memang pinter
Kokok ayam pagi santer terdengar
Air minum yang kami minum dah sampai berliter-liter
Tetapi kamu masih saja bicaranya muter-muter

Jadi bertanya apa benar kamu pinter
Ataukah hanya keminter
Jangan sampai kami membawa mu ke psikiater
Siapa tau otak kamu dah bergeser beberapa centimeter
-siGal-

Kamis, 25 Agustus 2011

Kunang-kunang yang dikenang

Photobucket
Sebuah kunang-kunang tersesat masuk ke sebuah kota. Kota yang dipenuhi dengan gemerlap lampu hias jalan, lampu taman serta lampu bangunan menambah kota itu tampak meriah. Kunang-kunang hanya bengong dan terdiam melihat kelap kelip lampu kota. Kunang-kunang merasa minder dan kecil hati karena kelap kelip badannya serasa tak berarti. Orang-orang kota tak sekalipun memperhatikan kunang-kunang. Mereka lebih tertarik dengan indahnya gemerlap lampu kota.

Kunang-kunang begitu sedih, teringat akan tempat asalnya dulu. Sebuah kesunyian desa, bersama kunang-kunang lainnya menari menghiasi malam. Terbang ke sana kemari di atas sawah, berlari ke sana kemari menghindari kejaran anak-anak desa. Penduduk desa senang sekali dengan keberadaan kunang-kunang. Kelap kelip cahaya kunang-kunang menjadi teman bagi penduduk desa, dalam melewati malam demi malam.

Kini hanya rasa sesal yang dirasa, kenapa dulu tergoda untuk pergi meninggalkan desa. Sekarang kunang-kunang terbang mencoba mencari teman di kota itu. Terbang kesana kemari, melintasi hiruk pikuk malam kota, tak juga ia menemukan seekorpun kunang-kunang. Lelah yang dirasa akhirnya kunang-kunang beristirahat, menyadari dan berkata dalam hati mungkin tempat ini memang tak ada kunang-kunang lain. Hanya kesedihan yang dirasa, hingga akhirnya ia mati. Mati karena selalu meratapi kesendirian di kota itu.

Sebuah pilihan hidup selalu mengandung konsekuensi tersendiri. Sebuah pilihan yang telah diambil tak perlu disesali.
Jalani...
Berjuang...
Dan jangan pernah putus asa.
-siGal-

Rabu, 24 Agustus 2011

Menjadi sampah atau serok?

tempat sampah
Dalam setiap rumah pasti ada serok/tempat untuk mengumpulkan sampah. Biasanya serok selalu ditempatkan di dekat sapu. Begitupula ketika hendak menyapu halaman atau dalam rumah selalu serok tak pernah ketinggalan dibawa. Bayangkan saja, ketika kita asyik menyapu mengumpulkan kotoran demi kotoran, lalu dijadikan satu untuk dibuang tetapi tidak ada serok yang tersedia. Begitu repot bukan? Kita harus mengambil kertas untuk membantu membuangnya, atau justru memunguti satu persatu dengan tangan kita. Sungguh sangat merepotkan.

Serok yang terbuat dari bahan yang bermacam-macam, ada yang terbuat dari plastik, bekas tempat biskuit dan ada juga dari anyaman bambu. Walaupun terbuat dari bahan yang berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu meringankan tugas manusia untuk mengumpulkan sampah atau kotoran untuk dibuang ke tempat sampah. Sebuah serok yang tak pernah memilih-milih kotoran. Baik sampah kering atau basah mereka tak pernah berontak.

Belajar dari serok, apakah diri kita itu seperti serok yang menjadikan diri tempat curahan hati keluarga, sahabat atau teman-teman kita tanpa pernah mengeluh? Tanpa pernah pilih-pilih siapa yang mau datang dan mendekat pada kita? Dengan setia dan tekun mendengarkan keluh kesah kesedihan, mendengarkan cerita-cerita bahagia. Menampung derai air mata ataupun gelak tawa kebahagiaan. Sebagai tempat menampung curahan hati bagi para sahabatnya. Tetapi semua yang telah disampaikannya tidak dibuang ke tempat sampah tetapi dibuang untuk masuk ke dalam hatinya.
Sudahkah diri kita menjadi serok yang mampu mengusap air mata kesedihan, membuang kegalauan, dan membantu menyakinkan para sahabat?
Atau justru selama ini kita banyak berperan seperti "sampah" malah menjadi beban, batu sandungan dan sering membuat onar bagi orang-orang di sekitar kita?
-siGal-

Minggu, 21 Agustus 2011

Tak bercahaya

vnbvnbvnb
ketika bulan dan bintang enggan bercahaya
hanya gelap dan pekat yang tersisa
adakah manusia yang merasa

setiap malam kulihat manusia terlalu sibuk dengan dunianya
seharian telah lelah bekerja
membuat badan terasa capek dan ingin tidur segera

tak ada waktu tuk memandang keindahan langit di angkasa
keindahanku telah tergantikan gemerlapnya lampu-lampu kota
tergantikan sorot cahaya diskotik

semua keluarga sibuk dengan televisi
tak ada yang sekali-kali memandangku
andaikan malam ini aku tak bercahaya
apakah manusia masih memperdulikanku?
-siGal-

Jumat, 19 Agustus 2011

aku masih ngantuk

malas
aku masih ngantuk...
akibatnya siang ini masih terkantuk-kantuk...
jalan saja masih terantuk...
maklum semalam ku terjaga semalam suntuk...
akibat sakit batuk...

walaupun masih ngantuk...
semoga hari ini tak suntuk...
biar dianggap tak kena kutuk...

ku baca surat kabar bagian tajuk...
masih saja tentang politis yang busuk...
mereka satu sama lain saling tusuk...
berusaha menutupi dengan saling bujuk...

membayangkan sebuah kopi panas yang ada di pelupuk...
sambil diminum di bawah gubuk...
sebuah bantal dan kasur dari kapuk...
wah rasanya pasti empuk...

tiba-tiba ada yang menimpuk...
sambil seraya menepuk..
mengingatkan bahwa pekerjaan tlah menumpuk...
menegakan badan agar tak bungkuk...
biar kelihatan sok sibuk...

ah ku buka aja pesbuk...
tuk menghalau rasa kantuk...
tiba-tiba terdengar suara buk...buk...buk...
ternyata ada pencuri yang sedang digebuk...
sungguh hari yang buruk
bagi seorang pencuri yang terpaksa meringkuk...
-siGal-

Aku yang bimbang

sedih
buat aku yang lagi bimbang
selalu saja memilih dan menimbang
akan sebuah pilihan hidup yang mengambang
akan sebuah jalan yang bercabang

buat aku yang lagi bimbang
masih ada keraguan yang menghadang
akan sebuah masa depan yang terbentang
masih terdengar suara-suara yang menentang
membuat hati ku yang belum lapang
kembali menjadi bimbang

buat aku yang masih saja bimbang
di depan masih banyak jalan yang berlubang
masih ada banyak jalan yang bercabang
walaupun keadaan lagi timpang
tetap terus tuk berjuang

rasa bimbang
janganlah membuat semangat jadi tumbang
janganlah membuat suara menjadi sumbang
tak ingin ku dikenang
hanya sebagai pecundang
melainkan sebagai pemenang

rasa bimbang
ingin segera ku tendang
jauh tinggi di awang
biarlah ia melayang
berharap ia tak lagi datang

namun sayang sungguh sayang
belum lama rasa bimbang ku tendang
ia kembali sudah datang
memaksa mataku kembali memandang
memandang dengan tatapan bimbang
-siGal-

Kamis, 18 Agustus 2011

hidup ibarat mendaki gunung

naik gunung
Ketika kita hendak mengadakan perjalanan mendaki ke puncak gunung, tentu butuh persiapan. Selain persiapan fisik, tak lupa persiapan bekal apa saja yang akan ia bawa. Persiapan standart mendaki gunung, serta estimasi bekal mau berapa lama kita berkegiatan di gunung, menjadi sebuah agenda yang tentu sudah dipersiapkan dengan matang.

Setiap orang yang suka mendaki, tentu sudah hafal perlengkapan standart yang akan dibawa. Dan semua perlengkapan pribadi itu tak bisa kita mengharapkan dari orang lain. Sebuah ransel, mantel, matras, raincoat, sleeping bed, air, senter, bahan makanan, pakaian ganti, kompor, survival kit, obat-obatan dan perlengkapan lain tak luput kita bawa. Menjelang hari keberangkatan tak lupa semua barang yang dibutuhkan dimasukan ke dalam ransel. Jangan sampai ada satu barangpun yang ketinggalan. Setelah semua dirasa cukup, maka seorang pendaki akan yakin untuk mengadakan perjalanan mendaki gunung.

Seorang pendaki merasa yakin mendaki gunung, karena ia mengetahui jalur mana yang akan ia tempuh, ia merasa yakin juga karena semua yang dibutuhkan dalam perjalanan menuju puncak semua sudah tersedia di dalam ransel. Dan yang membuat yakin juga, jika ada teman-teman yang berjalan mendampingi kita selama perjalanan mencapai puncak gunung. Selama perjalanan menuju puncak, tak terhitung berapa kali kita istirahat. Jika terhadang malam dan stamina sudah mulai ngedrop wajar jika perjalanan dihentikan untuk beristirahat di dalam tenda.

Hidup kita dapat diibaratkan sebuah perjalanan mendaki gunung. Sudahkah kita menyiapkan diri dengan bekal apa saja yang akan kita bawa? Jangan ada bekal yang sampai lupa kita bawa, karena kita hanya kan menyesal nantinya. Setiap pribadi pasti sudah mengetahui kemana tujuan akhir hidupnya.

Carilah seorang sahabat yang dengan setia menunggu kamu disaat lelah, mendampingi kamu dengan setia, membawakan beban kamu dikala kamu tidak kuat. Dan sahabat yang mau membagikan hal yang ia punya, disaat kamu tak membawa bekal.
-siGal-

rekoso

blue,cool blue,blue smoke
anglo karo areng
kertas ra kanggo di sumeti geni
ojo lali ditepasi alon-alon
mak...jres geni murup
dileboké neng gone cangkem anglo
sak wetoro kebul ngebaki pawon
ditepas terus nanging geni mati
durung ono areng sing dadi mowo
tak sumet meneh geni
mak...jres genine murup
kertas koran tak jejelke cangkeme anglo
tak tepasi alon-alon
wedi genine cepet mati
kebulé ngebaki pawon meneh
awune kertas tekan ngendi-ngendi
tak sumet meneh mak jres...mak jres...mak jres
nganti korek sakotak entek
nganti kertas sakgepok entek
nangging areng yo kok durung dadi mowo
wes ati mangkel ora iso daden geni
goro-goro gas é enthek
ameh gawe kopi wae rekoso banged
akhiré aku tuku kopi neng warung burjo
ngertio...mbok ketmau
dadi ora ngguwang-ngguwang wektu
-siGal-

Rabu, 17 Agustus 2011

Surga=suasana rukun bak keluarga

holding hands
Jika ada pertanyaan, Siapa sih yang tidak ingin masuk surga? Hampir semua orang ingin masuk surga. Lalu jika kita mendapat pilihan dan keistimewaan, okelah kamu masuk surga, tetapi kamu di surga hanya seorang diri. Tentu orang akan pikir-pikir lagi, ngapain hanya seorang diri, rasanya sepi dan tak enak. Pasti orang ingin menjawab, tidak ah saya tak ingin hanya seorang diri di surga. Kita semua tentu juga akan menjawab tidak, jika di surga kita hanya seorang diri. Nah disinilah arti sebuah surga, surga adalah suatu tempat bersama. Suatu tempat yang diciptakan untuk dinikmati bersama-sama.

Tentu ada yang salah, jika ada orang yang suci hatinya, tetapi tidak mampu membawa perubahan dan pencerahan bagi orang-orang di sekitar. Ada orang yang baik, tetapi baik hanya untuk dirinya sendiri. Surga diciptakan dan dijadikan untuk dapat dinikmati bersama. Jika kita merasa surga tempat yang indah, tentu kita tak segan mengajak orang di sekitar kita untuk bersama-sama masuk ke dalam surga. Mengajak bersama-sama, menikmati dan menciptakan suasana surga yang damai, indah dan nyaman.

Tak perlu jauh-jauh berpikir. Misal kita tinggal seorang diri di rumah, kita akan merasa kesepian, tak ada teman buat ngobrol, suasana kebersamaan tak dijumpai. Berbeda jika kita memiliki banyak sanak keluarga yang kumpul tentu merupakan hal yang indah karena ada kebersamaan, kegembiraan, dapat berbagi canda dan tawa.

Suasana damai, keadilan dan suka cita merupakan sebuah surga kecil yang diciptakan di bumi. Dan suasana itu dapat diciptakan karena, aku, kamu, mereka, kita semua saling membagikan diri satu sama lain. Aku ini dapat menjadi apa bagi sesamaku? Adanya aku dan sesamaku inilah yang merupakan bagian dari surga. Surga tak mungkin diisi dengan menyombongkan aku, dan mengesampingkan sesamaku.
-siGal-

Selasa, 16 Agustus 2011

Menggambar luka

Love NotebookEntah berapa lembar kertas putih yang kan mampu tuk mengambar luka-luka hati. Selembar, dua lembar atau berpuluh-puluh lembarkah? Sebuah luka hati yang coba tuk kita keluarkan dari dalam hati melalui sebuah gambaran, untaian kata atau sepatah kata saja. Sebuah niat untuk menyembuhkan luka yang selama ini masih terpendam. Sebuah luka yang belum tersembuhkan.

Menyadari bahwa untuk menyembuhkan luka hati, bukanlah menjauhi itu luka, bukanlah menyimpan dalam-dalam, menimbunnya dan masih saja menyimpannya tanpa ada sebuah asa. Menyembuhkan sebuah luka batin, luka hati adalah bagaimana kita mencoba mendekati. Mencoba dekat dan menyelami itu luka, walaupun terasa sangat berat. Dengan menuangkan segenap apa yang ada di hati dalam sebuah goresan kata ataupun coretan gambar dan berharap semoga luka-luka hati dapat tergambar jelas. Jika kita menghendaki sebuah kenangan luka itu hilang, kita buang jauh-jauh goresan yang telah tertuang dalam kertas. Kita bakar ataupun kita buang jauh-jauh.

Biarlah hati yang pernah disakiti, dilukai dapat kembali lagi menyimpan sebuah kenangan-kenangan yang indah. Melupakan sebuah kenangan pahit, dan mencoba untuk terus bangkit. Mencoba tuk melukis sebuah luka, walaupun terasa sulit namun tetap harus terus dicoba
-siGal-

Senin, 15 Agustus 2011

awang-awangku melayang

ku diam termenung...
pikiran kembali melayang-layang...
seperti layang-layang yang terbang...
serasa bebas berkeliaran di awang-awang...

hap...kucoba tuk menangkap apa yang melayang-layang...
tetapi selalu gagal karena bak bayang-bayang...
semakin ditangkap dan dikejar semakin melayang...
ku coba berdiam diri dan berharap menghilang...

ingin rasanya menikmati hidup tenang...
namun panasnya siang yang ngentang-ngentang...
mengajak untuk leyeh-leyeh di bawah pohon yang rindang...
sapa tau ada gadis lewat yang enak buat dipandang...

eheem..berhenti sejenak untuk masalah yang menghadang...
tuk sekedar undur berapa langkah untuk mengambil ancang-ancang...
dan ku coba terbang...
melewati masalah yang selalu datang...

hap lewat satu penghalang...
belum selesai sudah ada yang datang...
namun aku justru selalu tertantang...
bangkit dan mencoba tuk selalu menjadi pemenang...

tak jarang aku terperosok dalam lubang...
rasa perih sudah tak terbayang...
luka yang tergores rasanya tak ingin lagi ku kenang...
mencoba terus bangkit karena ku bukan pecundang...
-siGal-

Bintangpun ikut menangis #2

Photobucket
Aku bintang yang bertaburan di langit. Aku bersama jutaan bintang di langit selalu memandang ke bumi. Dari atas, kulihat apa yang terjadi di bumi. Ya, entah siang atau malam mataku tak pernah lelah dan jemu memandang apa yang dilakukan oleh manusia.

Malam ini masih saja kulihat para tuna wisma yang masih berjalan mencari tempat bermalam. Kulihat ada juga yang sudah tertidur pulas. Rata-rata mereka semua berusia lanjut. Dalam hatiku aku bertanya. Tidakah mereka tak punya sanak saudara? Kemana anak atau cucu mereka berada? Ataukah mungkin mereka hanya sebatang kara? Diusir dan tak diakui keluarga?
Tak terasa air mataku menetes, disaat orang lain tidur dengan penuh kehangatan, berkumpul bersama keluarga. Mereka kedinginan, tidur dengan alas seadanya,beratapkan bintang dan kesunyian malam yang menemani.

Semua orang berkeinginan menikmati masa tua dengan duduk dan diam di rumah, menikmati apa yang telah diperolehnya selama ini. Tetapi tidak bagi para tuna wisma, para gelandangan, diusianya yang lanjut mereka tetap bekerja, mereka tetap berjuang sendirian. Berpindah satu tempat ke tempat lainnya, rasanya entah sampai kapan mereka akan lakukan.

Sebuah toko dengan para gelandangan dan tuna wisma yang numpang tidur di depan toko. Sungguh pemandangan yang nyata, bukti sebuah kesenjangan sosial yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Aku hanya bisa memberikan cahayaku yang selalu menemani kalian di waktu malam. Aku akan menjadi atap yang indah buat kalian.

Beruntunglah kita yang masih punya orang tua, sanak saudara serta tempat tinggal. Walaupun tempat tinggalnya seadanya tetaplah mengucap syukur. Jika sampai hari ini kita belum bisa membahagiakan orang tua, buatlah kehadiran kita menjadi berarti bagi mereka mulai detik ini. Buatlah orang-orang yang ada di sekitar kita merasa senang akan kehadiran kita. Kita beruntung karena masih ada orang-orang yang ada di sekitar kita dan syukurilah itu.
-siGal-

Minggu, 14 Agustus 2011

mejikuhibiniu itu warna pelangiku

Rainbows
ku ingin menjadi warna merah
yang selalu bisa membuat suasana cerah
dan membuat orang bisa merasa betah
namun kenyataannya aku justru sering membuat orang marah

ku ingin menjadi warna jingga
yang dapat membantu orang merasa bangga
dalam menggapai cita tak terhingga
tetap bangga walaupun hanya menjadi ketua rukun tetangga

ku ingin menjadi warna kuning
yang dapat mendahulukan hal-hal yang dirasa penting
namun kenyataannya pikiran tak selalu bening
akibatnya kepala ini selalu pening

ku ingin menjadi warna hijau
yang selalu membuat senda gurau
mengibur yang lagi sakau
namun justru aku yang malah sering galau

ku ingin menjadi warna biru
yang selalu menjadi penenang dalam deru
bagi orang yang sedang dilanda cemburu
namun justru aku yang sering ikut terharu

ku ingin menjadi warna nila
yang selalu menghindari perbuatan tercela
ingat esok akan menjadi manula
namun kenapa aku masih saja keras kepala

ku ingin menjadi warna ungu
yang selalu dianggap lugu
emang sih dirasa wagu
tuh liat malahan tampak dungu
-siGal-

Sabtu, 13 Agustus 2011

Gara-gara kopi panas, Nazaruddin tertangkap.

Apa yang menyebabkan Nazaruddin tertangkap?
Nazaruddin tertangkap gara-gara minum kopi panas.
Begini cerita selengkapnya.
Pagi hari menjelang Subuh Nazaruddin, bersama isteri dan orang dari Singapura pergi ke cafe buat cari makan. Kebetulan cafe itu sepi, setelah duduk dan pesan makanan, tak lupa Nazaruddin pesen minum kopi panas, maklumlah semenjak jadi pelarian dia jadi kurang tidur.

Tak lama kemudian masuklah polisi yang sedang berpatroli, mereka juga pesan makanan dan minuman. Sambil menunggu makanan datang, polisi itu membaca berita kebetulan mengenai gonjang-ganjing politik di Indonesia. Tanpa sengaja para polisi itu mendengar suara orang kepanasan akibat minum kopi. "Aduh ANAS..anas..kopinya," kata-kata yang terbata yang keluar dari seorang lelaki yang kemudian diketahui Nazaruddin. Suara itu otomatis mengundang perhatian dari polisi tadi, maklumlah cafe lagi sepi. Lalu seorang wanita yang disebelahnya bilang, "udah IBAS kan aja baju kamu yang ketumpahan kopi, biar panasnya ilang" Lalu kata lelaki itu, "wahANJELI teNAan kok, mau minum kopi aja repot." Lalu wanita itu berkata dengan orang Singapura yang membantu proses pelarian selama ini, karena dia pesan makanan terlalu banyak, "wah ANDI ki Marai Larang."

Kecurigaan para polisi Colombia semakin menguat setelah mendengar kata-kata yang keluar dari ketiga orang itu. Kata-kata yang terucap terdengar seperti nama-nama orang yang sering disebutkan media di Indonesia. Ditambah kluyuran di tengah malam dan menggunakan logat bahasa Indonesia, membuat polisi Kolombia menjadi sadar dan yakin, ternyata buronan internasional ini ada di depan mata.
Jadi yang benar itu, Nazaruddin tertangkap gara-gara minum kopi panas.

Lalu ada pertanyaan yang belum terjawab, kenapa Nazaruddin bisa sampai ke Colombia?
Nazaruddin bisa sampai ke Colombia, karena ia mau buka usaha jualan spring bed, sekalian buka usah kredit dan cicilan berbagai macam barang keperluan rumah tangga.
-siGal-

Jumat, 12 Agustus 2011

Bintangpun ikut menangis #1

Aku bintang yang bertaburan di langit. Aku bersama jutaan bintang di langit selalu memandang ke bumi. Dari atas, kulihat apa yang terjadi di bumi. Ya, entah siang atau malam mataku tak pernah lelah dan jemu memandang apa yang dilakukan oleh manusia.

Kali ini aku menangis, pandangan mataku terarah ke negara Somalia. Negara yang sedang dilanda bencana kekeringan dan kelaparan. Sebanyak 69.000 balita mati akibat kelaparan, dan ratusan ribu orang meninggal dunia. Entah jumlah yang mungkin akan terus bertambah.

Awal bulan ini, aku tak kuasa menahan air mataku. Melihat seorang ibu dengan ke empat anaknya yang berjalan mencari tempat pengungsian. Ia berjalan berpuluh-puluh kilo meter, hanya untuk mencari bantuan makanan. Dengan perut kosong belum terisi, dan kerongkongan yang rindu akan air yang mengalir mencoba terus berjalan berkilo-kilo.

Mungkin hari itu tak akan mudah dilupakan oleh ibu tadi. Ya, perjuangan seorang ibu untuk mencari makan bagi ke empat anaknya. Namun karena lapar yang begitu berat, serta kerasnya medan dan cuaca yang dilalui di negara Somalia. Satu persatu anaknya meninggal dunia dalam perjalanan.
Dalam kurun waktu sehari dan hitungan jam ketiga anaknya meninggal dunia. Betapa berat perjuangan seorang ibu tadi, dan bagaimana sakitnya perasaan si ibu, melihat anaknya satu persatu meninggal dipangkuannya.

Kini ibu tadi sudah sampai di tempat pengungsian bersama satu anaknya yang masih hidup. Ibu tadi terus memeluk satu-satunya anak yang masih tersisa. Mencoba terus bertahan bersama anaknya, untuk dapat melalui bencana kelaparan dan kekeringan ini dengan selamat.

Dari atas aku mencoba membayangkan jika aku menjadi ibu tadi. Apakah aku akan kuat? Bagaimana perasaanku jika melihat satu persatu anakku meninggal dunia? Sungguh tak berdayanya aku tak dapat berbuat banyak untuk anak-anaku. Perasaan-perasaan bersalah tentu terus menghantui ku. Dan belum tentu aku dapat kuat meneruskan perjalanan seperti ibu tadi. Dengan perut kosong, tak ada air, berjalan dan terus berjalan. Rasanya tak ada pilihan, diam dan tinggal di tempat menunggu bantuan rasanya seperti menunggu waktu mati saja atau berjalan jauh menuju tempat pengungsian dengan konsekuensi mati di jalan atau bisa selamat sampai tempat pengungsian.

Aku pun hanya diam dan terus berpendar di langit. Mencoba untuk memberikan pengharapan bagi negeri yang sedang mengalami bencana kekeringan dan kelaparan. Mungkin keberadaanku di langit bisa mengatakan aku masih ada dan terus bersama kalian.

Jika hari ini kita masih sering menyakit perasaan ibu kita, orang tua kita, ingatlah akan kisah ibu Somalia tadi. Perjuangan ibu-ibu kita yang membesarkan hingga sampai saat ini, sampai kita dewasa. Tentu merupakan sebuah perjuangan yang berat dan tak mungkin terbalaskan. Jika karena hal yang kecil kita sering berselisih paham, lekaslah kita segera minta maaf. Jangan biarkan air matanya menetes jatuh ke bumi.
Jika hari ini kita bisa makan dengan lauk seadanya, patutlah kita bersyukur. Jangan sekali-kali mengeluh. Ingat akan saudara-saudara kita yang saat ini sedang mengalami bencana kekeringan dan kelaparan.
-siGal-

Kamis, 11 Agustus 2011

Si kancil di sarang penyamun

Si kancil masih saja terus mencuri timun pak tani.
Dari jaman ke jaman tetap saja sulit menghilangkan kebiasan si kancil yang suka mencuri. Mencuri timun pak tani yang miskin. Timun yang dicurinya pun terus ditimbun di rumahnya. Dibagi-bagikannya timun itu ke sanak keluarganya. Walaupun rumah sudah berkecukupan timun, si kancil masih saja terus mencuri timun pak tani, maklumlah kancil yang tamak.

Suatu hari selesai mencuri timun di proyek wisma atlet, lalu si kancil bingung mau diapakan lagi timun yang ia bawa. Rumah sudah penuh, sanak saudara kerabat juga sudah dapat jatah. Lalu ia berpikir, alangkah baiknya aku masuk partai saja. Toh dengan timunku yang melimpah banyak pasti penghuni dan pengurus partai dekancil akan menerima ku. Akan kubagi semua timunku pada mereka. Maklumlah mereka semua juga suka timun dan tak ada yang menolaknya. Benar juga pikiran licik si kancil berjalan sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Tak membutuhkan waktu lama sikancil menjabat sebagai pengurus inti partai, sebagai bendahara umum partai dekancil.

Dan pada suatu hari sikancil tertangkap oleh pak tani, akibat ketamakan dia. Lalu sama pak tani, kancil ditanya, "Kenapa selalu mencuri timun-timunku? Sudah kamu kemanakan timun-timunku itu?" Si kancil menjawab semua pertanyaan dengan ketakutan. Maklumlah usia kancil yang relatif masih muda dan sudah dihadapkan pada sebuah sabetan clurit pak tani.

Akhirnya si kancil menceritakan kemana saja timun-timun hasil curiannya itu. Sampai timun-timun yang dibagi-bagikan ke partai dekancil. Namun sayang sungguh sayang, ternyata tempat partai kancil bernaung isinya penyamun semua. Penyamun-penyamun yang cerdik dan licik sehingga tak mudah bagi pak tani mengecek keberadaan timun yang telah dibagi-bagikan. Maklumlah timun-timun yang sudah dibagikan sudah pada dimakan.
Sungguh sial nasib mu cil...cil
-siGal-

Aku yang rapuh #2

Kucoba tegar seperti batu karang di pantai...
Yang selalu terlihat kuat menahan gempuran ombak
Tetapi ternyata...
Aku tak setegar batu karang
Akupun jatuh tak kuat menahan gelombang masalah yang datang silih berganti
Tak mudah ternyata menjadi sebuah batu karang
Dan sampai detik ini aku belum setegar batu karang...

Kucoba kuat seperti baja...
Yang selalu terlihat kuat menahan gempuran palu
Ternyata aku tak sekuat baja...
Belum sempat aku menjadi baja
Aku sudah undur diri
Sakitnya tempaan hidup
Panasnya hati menahan emosi
Tak kuasa ku tahan
Ternyata proses yang tak mudah untuk menjadi baja
Dan kusadari aku belum sekuat baja...

Kucoba sebesar batu gunung yang berdiri kokoh...
Tetapi aku sudah menciut
Hatiku belum sebesar batu gunung
Kritikan, omongan, membuat aku sering sakit hati, masih menyimpan dendam, iri hati
Ternyata sangat susah menjadi sebuah batu gunung yang besar
Aku masih kecil dan terlalu kecil hatinya
Dan hatiku belum sebesar batu gunung...

Kucoba setenang air...
Namun ternyata aku tak bisa
Angin kehidupan sering mengombang-ambingkan aku
Aku begitu panik dan sering patah semangat
Kucoba terus selalu tenang
Tetapi selalu tak bisa
Rasanya mudah melihat pantai yang tenang
Namun ternyata tak semudah menahan angin yang datang
Ternyata aku belum setenang air...

Kucoba menjadi mentari...
Yang sepanjang hari senantiasa menyinari
Belum ada beberapa jam saja awan kelam sudah menutupi ku
Awan kelam akibat suasana hati
Suatu hal yang tak sesuai dengan keinginan
Dan masih banyak lagi awan-awan kelam yang ternyata aku buat
Ternyata sangat susah menjadi mentari
Dan aku belum bisa menjadi mentari...

Kucoba menjadi pelangi di langit...
Di mana setiap orang yang memandangnya selalu terkagum-kagum
Belum lama menjadi pelangi
hujan kembali datang menenggelamkanku
Aku belum pantas menjadi pelangi
Aku harus melalui lagi berkali-kali hujan
badai dan panasnya matahari lagi
Ternyata aku belum pantas menjadi pelangi...

Aku ingin menjadi keramik yang indah...
Yang dibentuk sesuka pembuatnya
Dan selalu mengundang decak kagum pembelinya
Tetapi belum sempat aku menjadi keramik yang bagus
Aku sudah jatuh dan pecah berkeping-keping
Kini sang pembuatnya masih setia memunguti kepingan-kepingan itu.
Untuk merangkai kembali menjadi sebuah keramik yang bagus
Ternyata aku tidak sempurna dan masih dalam proses menjadi keramik...
-siGal-

Rabu, 10 Agustus 2011

Antara Tobat dan Keset

Ketika aku dihadapkan pada dua jalan yang harus kupilih.
Akupun lalu bertobat, takut jika aku salah pilih jalan dan akhirnya ku tersesat.

Ketika vonis dokter menjatuhkan sisa umurku tinggal beberapa hari saja.
Akupun lalu bertobat, maklumlah waktu sudah semakin mepet.

Ketika aku mengalami kebangkrutan usaha, akupun lalu bertobat.
Maklumlah tak ada lagi uang yang buat beli obat.

Ketika aku dijadikan tersangka, aku lalu bertobat dan menyesal.
Maklumlah kekayaan udah disita dan uang didompetpun sudah mepet dan keadaan sudah kepepet.

Ketika aku sudah tua, akupun lalu bertobat.
Maklumlah sudah tua dan aku takut terlambat.

Ketika aku dihadapkan pada teman-teman yang terkena kasus narkoba.
Akupun lalu bertobat, takut jika akhirnya nanti namaku ikut terseret.

Ketika aku bingung dihadapakan berbagai persoalan, lalu aku ingin bertobat.
Maklumlah ingin minta Tuhan untuk segera meringkankan beban berat.

Ketika kulihat semakin banyak koruptor yang dihukum ringan.
Akupun protes, lebih pantes mereka di hukum sebagai tukang bersih kloset.

Ketika hari ini, saat aku masih muda, masih sehat, masih punya segalanya dan aku belum sungguh-sungguh bertobat.
Mohon doakanlah aku ya, sahabat.

Dan ketika hari ini.
Aku juga belum mandi, itu karena emang aku orangnya keset. ^-^
-siGal-

Selasa, 09 Agustus 2011

Tanya Kenapa?

Kenapa kita bersyukur, akan apa yang ada pada diri kita?
Karena Sang Pencipta, tlah menciptakan kita baik adanya.

Kenapa kita mensyukuri akan apa yang ada di sekitar kita?
Sekali lagi karena Sang Pencipta telah menciptakan semua yang ada di udara, di air, di darat dan semuanya itu selalu baik adanya.

Kenapa kita harus mengampuni?
Karena kita sudah terlebih dahulu diampuni, maka sudah sepantasnya kita memberi ampun bagi sesama kita.

Kenapa kita berbuat baik?
Karena kita telah diselamatkan, maka sangat wajarlah jika kita berbuat baik.

Kenapa kita beruntung?
Kita beruntung, karena memiliki Dia yang Maharahim, yang tak pernah jemu-jemu menanti pertobatan kita.
-siGal-

Siapakah sesamaku di jaman ini?

Dapatkah kita menjawab pertanyaan dengan tulus dan jujur, "Siapakah sesamaku, di jaman ini?" Jaman di mana manusia semakin mudah dikotak-kotakan, banyak sekat-sekat yang terbentuk oleh manusia itu sendiri. Sekat-sekat yang mengatas namakan suku, agama, ras, golongan, kedudukan sosial, sangat mudah terbentuk di jaman ini. Munculnya berbagai macam organisasi masyarakat yang mengatas namakan agama, kedaerahan, politik, kedudukan sosial masyarakat bagaikan sebuah jajanan. Kamu tertarik silahkan gabung, tidak tertarik silahkan pilih yang lain.

Dampak positif munculnya berbagai macam organisasi kemasyarakatan perlu diapresiasi sebagai perwujudan iklim demokrasi. Hak untuk mengungkapkan pendapat, menyalurkan ekspresi, bakat dan kemampuan serta mendapatkan pengalaman berorganisasi serta teman merupakan salah satu dampak positifnya.

Tetapi apa jadinya jika organisasi yang terbentuk, justru semakin membuat jurang pemisah yang dalam. Semakin banyak tembok-tembok tinggi yang dibangun. Tak ada kematangan dan kedewasaan dalam berorganisasi, akibatnya gara-gara hal sepele mudah dipecah belah. Tengoklah tawuran di ibukota yang hanya dipicu masalah sepele saling ejek lalu meletuslah tawuran antar pemuda kampung.
Organisasi masa yang saling berebut lahan parkir juga kerap terjadi. Dan masih banyak hal lain yang dari dulu sampai sekarang masih terjadi. Perpecahan yang timbul dari hal yang kecil, lantas meluas dikarenakan adanya benturan dua kelompok.

Pertikaian yang mudah terjadi, tak peduli kalangan intelektual seperti tawuran mahasiswa juga masih ada, adu mulut bahkan sampai adu pukul para politisi juga terjadi. Tawuran pelajar, suporter masih kerap terjadi. Semua didasari demi membela harga diri kelompok. Dan mengesampingkan harga diri sebagai sesama manusia. Harusnya dengan organisasi/kelompok yang terbentuk dapat menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, tetapi malah dijadikan tempat untuk menggalang masa dan membalas. Bukannya menjadi penghubung dan mengingatkan bahwa mereka juga sesama kita, justru malah mengatakan lawan mereka, itu musuh kita.

Jika ditanya siapakah sesamaku manusia? Orang bisa lama menjawabnya.
Tetapi jika ditanya, siapakah sesamaku pada masing-masing ormas yang terbentuk? Tentu akan mudah dijawab dengan cepat, aku, kamu serta semua yang ada di organisasi ini kita semua saudara dan sesamaku.
Lantas siapakah sesamaku itu, jika terjadi sebuah perselisihan antar kelompok?
Makna sesama manusia yang semakin lama dirasa semakin sempit. Sebuah refleksi bagi kita, "Aku dapat menjadi apa bagi sesamaku?"
Mau menjadi seperti jembatankah yang mau mendekatkan jika terjadi perselisihan atau justru mau menambah jurang pemisah yang semakin dalam?
-siGal-

Senin, 08 Agustus 2011

Aku ingin melukis pelangi

glitter
Ada kalanya sebuah pelangi terbentuk setelah terjadinya hujan.
Ada kalanya pula sebuah kebahagiaan terjadi setelah berurai air mata.

Setiap pelangi selalu indah dipandang.
Begitupula setiap kebahagiaan selalu indah untuk dikenang.

Ada waktu untuk kita menikmati pelangi di langit biru.
Ada waktu pula untuk kita ikut merasakan sebuah kebahagiaan.
Ya...ada waktu untuk kita mengalami hujan, bahkan hujan badai sebelum akhirnya terlihat pelangi.
Waktu yang lamakah?
atau waktu yang sebentar?
Sebelum akhirnya cahaya mentari ikut membiaskah sisa-sia air menjadi sebuah pelangi yang indah.

Jika penderitaan, perjuangan dan usaha kita masih berat...
Jika badai persoalan senantiasa datang menghantam kita...
Teruslah bersabar dan setia akan pengharapan kasihNya yang tak pernah meninggalkan kita.
Yakinlah sebuah pelangi akan ada untuk kita.
TanganNya kan terulur untuk membentuk tetesan peluh dari keringat serta doa yang mengalir. Membiaskan tetes air mata yang jatuh. Untuk akhirnya dibentuk sebuah pelangi yang indah dalam hidup kita.

Hari ini...
Walaupun aku belum melihat pelangi...
Aku ingin menciptakan dan melukis sebuah pelangi-pelangi kecil.
Pelangi-pelangi kecil yang kupersembahkan bagi sesama...
Sebuah pelangi kecil yang memberikan penghiburan bagi yang sedang sedih..
Pelangi kecil yang memberikan pengharapan..
Pelangi kecil sukacita...
Sebuah pelangi kecil yang ingin mengatakan, aku kan selalu ada untukmu dalam setiap keadaanmu, dalam setiap resah dan segala pergumulanmu.

Andai diri kita dapat menjadi pelangi-pelangi kecil bagi sesama. Tentu dunia akan terasa indah.
Sebuah pelangi besar dari karya TanganNya, dengan dilingkupi pelangi-pelangi kecil yang mengitarinya. Sungguh dunia terasa indah.
-siGal-

Sabtu, 06 Agustus 2011

Ada doa dari kami buat saudara-saudari kami yang lagi menjalankan ibadah puasa

Tak terasa hampir satu mingggu saudara-saudari kami yang muslim menjalankan ibadah puasa. Suasana yang sungguh berbeda ketika memasuki bulan Ramadhan, seperti jalan-jalan yang dulunya sepi menjadi ramai di sore hari. Banyak penjual yang berderet-deret menjajakan menu buka puasa. Ketika sore jam tiga para pedagang sudah menjajakan jualannya. Mau apa saja, semua menu rasanya ada tinggal pilih saja. Dan suasana jajanan sore itu, buat aku yang tak berpuasapun ikut meramaikan wisata kuliner tiap kali senja datang.

Hari Jumat kemarin, jika saudara-saudara kami yang muslim siangnya sholat Jumat di masjid, bagi kami yang Nasrani jumat kemarin merupakan jumat pertama dalam bulan. Jumat pertama secara khusus digunakan bagi kami yang Nasrani untuk berdoa secara khusus kepada Hati Kudus Yesus. Biasanya diadakan misa tiap pagi atau sore hari.

Jumat kemarin kebetulan saya misa Jumat pertama di Gereja St.Antonius Kotabaru. Saya lewat di di depan Masjid Syuhada Kotabaru, menjelang sore semakin ramai orang beraktivitas di dalam tempat ibadah itu. Setelah alunan orang membaca Al Quran selesai, terdengar dari luar acara dilanjutkan dengan bedah buku.

Tak jauh dari Masjid itu berdiri gereja Kristen HKBP, sebuah sepanduk yang menempel di pagar gereja yang bertuliskan, "Selamat Menjalankan Ibadah Puasa dari jemaat HKBP" terpampang jelas dari pinggir jalan. Sebuah sapaan dan ucapan bagi saudara-saudara yang lagi menjalankan ibadah puasa.

Dan tak jauh dari kedua tempat ibadah itu berdiri gereja Katolik St.Antonius Kotabaru. Disitulah tempatku merayakan Ekaristi sore itu. Ketika waktunya doa Syukur Agung (Doa yang paling utama dalam perayaan ekaristi) yang dipimpin oleh Romo teruntai sebuah doa bagi saudara-saudara kami yang saat ini lagi menjalankan ibadah puasa.

Ya..Rasa bersyukur atas suasana damai yang boleh kami rasakan, atas kebersamaan yang sudah terjalin baik selama ini. Semoga akan terjalin terus selamanya. Dan doa dari kami, agar saudara-saudari kami dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh hikmah, dan pada akhirnya dapat kembali ke fitrahnya.
Selamat menjalankan ibadah puasa.
-siGal-

Menulis dari hati

Jurnalistik kasih sayang adalah jurnalistik yang dibangun atas dasar cinta kasih. Jujur pada sumber dan terutam jujur pada diri sendiri. -Arswendo Atmowiloto

Lama berkecimpung dalam dunia tulis menulis rasanya menuju sebuah jurnalistik kasih sayang merupakan hal yang tidak mudah. Berita yang seharusnya netral terkadang berat sebelah. Kritik-kritik yang dikeluarkan rasanya tidak terbalut dalam rangka kasih sayang. Lebih cenderung dominan balutan emosi sesaat penulis, biar disebut kritis katanya.

Belajar dari kasus Nazaruddin yang membuat media menjadi terkena imbasnya. Ada yang bilang tak berimbang, ada yang bilang asal menjadikan berita untuk memojokan seseorang atau pihak tertentu. Ada yang bilang masih sesuai dengan treknya. Sangat wajar sekali bila ada pro dan kontra mengenai sebuah pemberitaan dari sebuah media.

Sudah barang umum orang tau bahwa media itu selalu ada yang punya. Siapa pemiliknya tentu akan mempengaruhi materi dalam pemberitaan dan itu sudah merupakan hal yang wajar. Tengok saja berita pendirian ormas Nasional Demokrat diberbagai daerah yang selalu diberitakan di Metro TV, tidak pernah diberitakan oleh stasiun televisi lain. Begitu juga dengan hal yang berkaitan dengan ketua umum Golkar tidak pernah luput dari pemberitaan TV ONE. Ditataran nasionalpun terlihat jelas pemberitaan sudah tak berimbang.

Dalam lingkup skala yang terbatas seperti dunia blog, bagaimana menerapkan jurnalistik kasih sayang sangat perlu diasah hari demi hari. Bagaimana membalut kekritisan kita yang tajam dalam balutan kasih sayang. Sebuah hal yang tentunya tidak mudah, dibutuhkan ketenangan hati dan sebuah tawaran solusi untuk mengurai suatu masalah.

Walaupun sudah menerapkan jurnalistik kasih sayang, tak mungkin dapat menyeragamkan gaya bicara dan hasil karya tulis dari setiap penulis. Karena setiap penulis selalu mempunyai ciri tersendiri, karakter sendiri, watak dan kemampuan yang membedakan satu sama lainnya. Sehingga apa yang dihasilkan oleh penulis selalu berbeda satu sama lain walaupun idenya sama.

Melakukan jurnalistik kasih sayang tanpa sadar dapat semakin mengenali jati diri kita, semakin mengenal siapa diri kita. Dalam sebuah tulisan orang dapat mengetahui kejujuran kita. Sebuah tulisan yang tanpa sadar dapat membuat dan membentuk perspektif orang mengenai diri kita yang sebenarnya.
Sebuah tulisan dapat mengandung 1000 arti, tetapi yang pasti selalu ada satu makna yang berarti tuk dapat dimengerti. Sudahkah kita menulis dengan jujur selama ini?
-siGal-

Menunjuk hidung sendiri

Menunjuk orang lain itu terasa mudah...
Dengan jari...
Dengan perkataan...
Lewat amarah...
Lewat rasa iri dan cemburu...
Sungguh serasa kita sendiri yang paling benar...
Dan paling berkuasa...

Dengan mudah kita berkata-kata...
"ah bodoh sekali itu orang..."
"masak mengerjakan itu saja tak bisa..."
"cerewet sekali orang itu..."
"ya...orang itu memang egois dan sok pinter..."
"eh, jangan percaya dan dekat dengan orang itu..."
dan masih banyak lagi...
Ungkapan yang sering menandakan kita sendirilah yan paling benar...

Sebuah jari telunjuk yang mudah terarah pada orang lain...
Namun jarang diarahkan pada diri sendiri...
Padahal apa yang diarahkan ke orang lain...
Belum tentu kita lebih baik dari orang itu...

Sebuah perkataan yang terlanjur keluar...
Tak mungkin dapat ditarik lagi...
Selalu ada luka tersisa di hati...
Dengan mudah kita mencibir orang...
Dengan mudah kita meluapkan emosi dengan kata-kata kasar...
Dengan mudah kita cepat menunjuk kesalahan orang lain...
Dengan mudah kita "menelanjangi" mereka di depan umum...

Sering kita berkata : Tuhan ampunilah mereka, sebab mereka tak tahu apa yang mereka perbuat..

Jarang berkata pada diri sendiri :
"Tuhan, ampunilah aku, sebab aku tahu apa yang kuperbuat itu salah."
Namun masih terus saja mengulanginya."

Minta maaf...
Menyesal...
Itupun jika sadar dan menyadari...
Jika tidak kita masih selalu menunjuk hidung orang lain dengan mudah...
-siGal-

Jumat, 05 Agustus 2011

Mata KasihNya

Ungkapan "sungguh kasihan orang itu," sering terdengar dan terucap ketika kita melihat tayangan televisi, membaca surat kabar atau ketika di jalan. Melihat langsung orang yang lagi menderita. Menderita karena sakit, menderita karena tidak punya tempat tinggal, menderita karena digusur, menderita karena keadaan ekonomi, menderita karena keadaan tubuh dan masih banyak hal lain yang kita sangat mudah berkata "kasihan."
Rasanya ketika kita bilang kasihan kita seperti orang yang beruntung. Beruntung karena tidak mengalami apa yang mereka alami. Beruntung dan bersyukur akan keadaan yang lebih baik.

Tetapi pernahkah kita berpikir, andai kita seperti orang yang dikasihani? Tanpa disadari sebenarnya kita juga sering dikasihani. Dikasihani oleh Sang Pencipta. Jika dari mata kita, kita bisa memandang sesuatu hal dan bilang kasihan. Tentu mata kasih Sang Pencipta, dapat memandang jauh lebih tajam bahkan sampai mengetahui isi hati kita yang terdalam.

Mata kasihNya setiap hari selalu memandang kita. Dan nampaknya kita tak menyadari itu. Mata kasihNya berkaca-kaca ketika kita sering berpaling dariNya. Mata kasihNya yang meneteskan air mata jika kita berbuat salah, menyakiti sesama, dan tak pernah sama sekali mendengarkan suaraNya bahkan mengabaikanNya. MataNya memandang sayu, dan rindu untuk memanggil pulang anak-anakNya yang sempat tesesat. MataNya yang selalu memandang dengan penuh belas kasih, penuh kesabaran. Tak ada amarah sama sekali dimataNya, jika kita lagi, lagi dan lagi selalu mengulangi kesalahan yang sama. Tawaran dan uluran tanganNya senantiasa terjulur pada kita setiap saat. Namun tak jarang kita malah menamparNya, dan malah mengabaikanNya.

Kini dalam doa beranikah kita memandang wajahNya, yang selalu tersenyum penuh kasih?
Terima kasih Tuhan karena Engkau masih, mengasihani kami tanpa batas.
-siGal-

Penuh buah atau ulatkah?

Memandang sebuah mangga yang tergantung di pohon mengingatkan akan sebuah arti hidup. Coba saja pohon itu tak menghasilkan buah, tentu orang tak segan dan eman buat memotongnya. Apalagi sudah tak berbuah, ditambah banyak ulat bulunya lagi. Wah pasti orang langsung segera menegornya, tanpa tunggu waktu lagi.
Kalau pohon itu selalu menghasilkan mangga yang manis, tentu membuat pemilik pohon senang dan orang-orang di sekitarnya juga tak sabar ingin menikmatinya.

Mungkin kita tak sebesar pohon mangga, tetapi kehidupan kita yang kecil ini dapat menghasilkan buah-buah yang jauh lebat daripada yang dapat kita bayangkan.
Buah yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Buah yang memberi manfaat buat banyak orang.
Kita semua masih terus bertumbuh dan menghasilkan buah.

Jika kita tengok ke belakang, apakah selama ini aku sudah berbuah? Atau justru ulat bulu yang sering nampak? Tak peduli mau berapa besar atau kecil buah yang mampu dihasilkan, yang penting buah itu bisa bermakna dan bermanfaat.
Jika selama ini banyak "ulat bulu" yang menghambat kita untuk berbuah, lekas kibaskan segera "ulat-ulat bulu" itu. Sebelum bertambah banyak dan memakan semua dahan. Dan akhirnya membuat pohon itu mati.
-siGal-

Orang keset

cahaya mentari akhirnya menyinari bumi
menghalau rasa dingin yang masih tersisa
sebuah hari baru yang harus dijalani
tuk mengejar segala cita dan asa

rapikan selimut dan jangan bermalas-malasan
bangkit coba melawan dinginnya air
jika tak berani dinginnya air jangan dipaksakan
pakai air hangat supaya dinginnya melebur

jika tak ada air hangat karena waktu sudah mepet
cukup cuci muka saja dengan air
maklumlah lagi kepepet
yang penting muka sudah tampak segar

paling suara hati kita bilang huft dasar orang keset
lain kali bangun pagi dan langsung panasin tuh ceret
daripada lama-lama ngolet
mendingan buruan ke toilet
-siGal-

Kamis, 04 Agustus 2011

Malam yang Sepi

Star! Pictures, Images and Photos
Malam mulai sunyi senyap
Orang-orang mulai tidur terlelap
Ramainya aktivitas hanya terasa sekejap
Binatang malam mulai bersuara di dalam gelap

Malam mulai sunyi sepi
Tapi masih ada yang ingin sendiri
Duduk berdiam diri Mungkin memang lagi ingin menyendiri

Malam mulai sunyi
Tak terdengar lagi berbagai bunyi
Hanya suara jangkrik dan kodok yang sibuk bernyanyi
Tak ada hewan lain yang mampu menandingi

Malam ini memang sungguh sepi
Gelapnya malam terasa tak bertepi
Bulan dan bintanglah yang menjadi saksi
Untuk menemaniku di malam ini
-siGal-

Senyum dan sapa

Siapa orang yang tidak ingin disapa?
Hampir setiap orang ingin disapa.
Kecuali orang yang lagi benar-benar marah.
Atau orang yang lagi menangis.
Orang yang lagi bersedih dan dilanda duka pun selalu merindukan sapaan.
Sebuah sapaan yang mungkin dapat menguatkan dan menghibur.

Sapaan itu kata yang mudah diucapkan, namun sulit dilakukan.
Padahal tak ada kamus bayar dalam menyapa.
Tak ada yang rugi dilakukan dalam menyapa.
Sapaan ini sebuah arti yang sama, tetapi terkadang kitalah yang sering membeda-bedakannya.
Terkadang dari tingkat status sosial mempengaruhi senyum dan sapa yang dibagikan atau yang diterima.

Hari ini dihiasi penuh senyum, hari berikutnya tampak muram.
Hari ini rajin menyapa, hari berikutnya selalu diam bagai batu.
Semuanya tergantung dengan suasana hati dan kondisi.

Setiap hari kita selalu berjumpa dengan sesama.
Sudahkah hari ini kita memberikan senyum dan sapa kita hari ini?
Sebuah senyum dan sapa yang tulus.
Yang keluar dari hati yang terdalam.
-siGal-

Belajar dari Oseola McCarty

Oseola McCarty, tukang cuci bersedekah Rp 1,2 milyar untuk beasiswa.

Pada tahun 1995, ketika berusia 87 tahun dan menderita arthritis, Oseola Mc Carty yang sehari-harinya hidup sebagai tukang cuci dan seterika menyumbangkan $ 150,000 ke University of Southern Missisipi untuk beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu. "Saya ingin membantu anak seseorang agar bisa kuliah": kata Oseola McCarty:" Saya ingin uang ini dipakai oleh orang yang memerlukannya dan mau belajar. Saya sudah tua dan tidak akan hidup selamanya".

Oseola McCarty lahir pada tahun 1908 di Wayne County, Missisipi, Amerika yang kemudian pindah ke Hattiesberg ketika Oseola masih sangat kecil. Dia hanya bersekolah hingga kelas 6. Sejak itu dia bekerja sebagai tukang cuci dan seterika. Hidup hemat dan menyimpan sisa uangnya. Setelah cukup banyak dia akan pergi ke First Missisipi National Bank dan menabung uangnya disana.

Dengan berjalannya waktu, tabungan milik Oseola McCarty juga berkembang. Dia tidak pernah mengambil tabungannya. Oseola McCarty tidak pernah berkeluarga. Ketika neneknya meninggal dia tabung warisan yang diterimanya. Begitu pula ketika ibunya meninggal, warisan yang dia terima dia tambahkan ke tabungannya. Bapaknya mewariskan rumah yang dia tempati.

Ketika kesehatannya mulai menurun, pihak bank membantunya mengelola keuangannya. Seorang pengacara dimana dia biasa mencucikan pakaiannya membantu Oseola membuat surat wasiat. Dalam wasiatnya dia ingin agar 60% uangnya dia berikan ke University Southern Missisipi untuk beasiswa bagi anak tidak mampu. "Dulu University of Southern Missisipi tidak menerima mahasiswa kulit berwarna. Namun sekarang mereka mau menerima, karena itu perlu dibantu", kata miss Oseola McCarty. Pada tahun 1999, diusianya yang ke 91, Oseola McCarty meninggal karena kanker. Meskipun demikian, namanya tetap dikenang sebagai seorang dermawan.

Sebuah perjalanan hidup dari seorang yang hanya lulusan Sekolah Dasar, tetapi mampu menyumbang bea siswa bagi mahasiswa yang ingin kuliah. Setia dalam perkara yang kecil tanpa disadari dapat membuat suatu hal yang besar, yang mungkin kita sendiri tak membayangkannya.
Pekerjaan apapun itu jika kita melakukan dengan sepenuh hati, dan kita lakukan sebagai perwujudan syukur kepada Tuhan tentu akan menyenangkan.

Belajar dari seorang nenek, yang dengan setia menabung dari hasil kerja keras sebagai pencuci pakaian. Sejak dari muda sampai usiatua, beliau tetap setia menjalani profesi ini tanpa mengeluh dan menyerah. Dan diakhir hidupnya beliau mampu menyumbang 1,2 milyar dari hasil kerjanya sebagai tukang cuci dan setrika.
Sejak peristiwa itu banyak orang kaya dan mampu terketuk hatinya. Dan mulai ikut peduli dengan pendidikan orang-orang yang tak mampu. Dari pekerjaan tukang cuci yang mampu mengetuk dan mengubah hati orang-orang yang ada di dunia ini.

Lalu bagaimana dengan diri kita?
-siGal-

Rabu, 03 Agustus 2011

Terkadang batas tidur dan kematian sangat tipis

Good Nite Pictures, Images and Photos
Malam telah datang dengan sendirinya. Kini waktunya para jiwa-jiwa yang lelah untuk kembali istirahat dan memulihkan energi buat esok hari. Waktu berkumpul, berbagi cerita, dengan orang rumah terhenti ketika malam semakin larut.

Terkadang batas antara tidur dan kematian sangatlah tipis.Tak ada yang tau malam ini jiwa kita akan beristirahat tuk sementara atau untuk selamanya? Tak ada yang tau apakah malam ini kita selalu terjaga atau dapat tidur nyenyak? Tak ada yang tau apakah esok kita bisa kembali lagi lihat matahari pagi atau tidak?

Maka sangatlah penting ketika kita tidur untuk mempersiapkan hati dengan sebaik-baiknya. Sebelum kita memejamkan mata untuk mengakhiri hari, penting untuk mengucap syukur atas anugerah kehidupan yang boleh kita terima hari ini. Atas berkat dan segala rahamat yang telah diterima. Dan yang tak boleh ketinggalan adalah mohon pengampunan kepada Yang Kuasa. Selain mohon pengampunan, sangat penting juga kita memaafkan dalam hati orang-orang yang hari ini membuat salah dan melukai hati kita. Tak ada dendam dan luka hati yang dibawa tidur. Ketika kita tidur hanya kepasrahan kepada Sang Pencipta sambil berkata ke dalam tanganMu, ku serahkan hidupku.
Dan esok hari ketika masih diberikan anugerah kehidupan jangan lupa untuk mengucap syukur.
-siGal-

Goresan tinta kehidupan

Goresan apa yang akan tertulis di hari ini?
Sebuah goresan yang tegas?
Ataukah goresan yang samar-samar?

Sebuah goresan yang akan membentuk sebuah untaian kata.
Untaian kata pemberi semangatkah?
Atau justru untaian kata yang melemahkan semangat?

Goresan di atas selembar kertas kehidupan.
Selembar kertas yang siap untuk diberi warna hari ini.
Warna cerahkah hari ini?
Atau warna kelamkah?

Cobalah tengok sebentar. Warna apakah yang sudah kita tuangkan dalam lembar kehidupan ini?
Apakah warna cerah yang lebih dominan?
Atau yang terlihat hanya warna kelam menenggelamkan warna cerah?

Sebuah goresan tinta yang terlanjur tertuang.
Yang tak mungkin dapat ditarik lagi.
Selalu meninggalkan bekas yang tersisa.

Sebuah goresan tinta yang siap dituliskan di hari ini.
Sang Pencipta pena dengan senantiasa membimbing.
Membimbing untuk terus belajar, belajar dan belajar menulis.
Belajar untuk selalu membuat goresan tinta kehidupan yang indah.

Terkadang kita ingin melepaskan diri, jika goresan yang tertulis indah dan bagus.
Percaya bahwa diri kita mampu menuliskan goresan tanpa bantuanNya.
Tetapi jika goresan yang tertuang banyak sekali coretan, warna yang terlihat hanya kelam.
Kita hanya bisa berpasrah.

Tak ada yang sempurna dalam sebuah goresan kehidupan.
Selalu ada noda yang tercecer.
Selalu ada warna yang tak perlu.
Semuanya tak akan terhapus dengan sempurna.
Kecuali oleh kebaikan hatiNya dan kerahimanNya yang mau menerima lembar kehidupan kita yang penuh noda.

Goresan tinta kehidupan yang terus kita lukis hari demi hari.
Sampai titik mengakhiri sebuah lembar kehidupan.
Hingga akhirnya lembar kehidupan itu tergulung rapi.
Tergulung dan di bawa lagi oleh Sang Pemilik Utama.
-siGal-

Belajar dari gentheng

Semua orang tau genteng. Genteng merupakan bagian terpenting dari sebuah rumah. Adanya genteng membuat orang yang berdiam di rumah menjadi terhindar dari panas terik matahari. Terhindar dari derasnya air hujan. Terlindungi dari dinginnya malam. Jika dipikir genteng rumah usianya terkadang lebih lama dari usia manusia. Genteng yang rusak biasanya terjatuh karena angin ribut, terkena senggolan binatang seperti kucing dan burung dara, retak karena tak kuat menahan panas dan dinginnya cuaca.

Sekuat-kuatnya genteng rumah selalu ada masanya. Karena genteng terbuat dari bahan yang sama, berupa tanah liat. Tanah liat yang diolah dengan tangan-tangan terampil manusia. Dijempur dibawah terik mentari, lalu dibakar dengan panasnya api. Sebuah proses yang panjang dan tak mudah untuk menjadi sebuah genteng yang kuat. Dari tanah liat menjadi sebuah genteng yang bisa digunakan untuk atap rumah kita.

Menjadi genteng yang tidak tau sampai kapan bisa bertahan di atas. Sampai berapa lama bisa berguna bagi manusia? Kapan rusaknya? Kapan terjatuh tersapu angin? Kapan retak karena panas dan hujan yang silih berganti? Bahkan terganti oleh asbes dan seng? Tak ada yang tahu.

Hidup kita ibarat sebuah genteng. Dari lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan kita dididik, diajarkan, ditempa dan diolah. Pengalaman yang silih berganti datang membuat kita menjadi tambah dewasa. Proses yang tak sebentar, dan terkadang menyakitkan. Ada tawa bahagia, tangis yang mengiringi kesedihan, kegagalan dan kehilangan. Tetapi jika kita tetap tekun dan setia terhadap proses yang ada, tentu akan menjadi pribadi yang kuat dan dapat berguna bagi sesama.

Ada kalanya belum lama menjadi sebuah genteng, tiba-tiba "terjatuh" dan "retak" semuanya tidak ada yang tahu.
-siGal-

Selasa, 02 Agustus 2011

Kenapa saya suka sapi?

Kenapa saya suka sapi, selain alasan warna putih dan hitam yang sering muncul di gambar sapi?

Ada sebuah perumpamaan seekor babi dan seekor sapi. Babi termasuk binatang yang kurang disukai orang, sedangkan sapi disayangi oleh banyak orang. Hal itu membuat si babi bingung. Ia berkata kepada sapi : “orang selalu memuji badanmu yang bagus dan matamu yang bening . Mereka pikir engkau sangat dermawan, sebab setiap hari engkau memberi mereka susu dan krim. Memberikan tenaga buat membajak dan menarik pedati.
Tetapi bagaimana dengan diriku? Aku telah memberi mereka daging panggang dan ham. Aku telah menyediakan bulu-bulu untuk membuat sikat. Bahkan mereka telah mencincang kakiku. Akan tetapi, tak seorang pun menyukai aku. Mengapa demikian?”

Sapi itu mengatakan demikian, “ Barangkali karena saya memberikan sementara saya masih hidup di dunia ini.”

aku bukan Robot

Matahari masih sama terbit dari ufuk timur...
Kicau burung dan kokok si jago juga masih sama...
Keramaian pagi ini juga masih sama...
Melakukan aktivitas rutin yang sama...
Semua yang dilihat juga masih sama...

Masih sama terdengar sapaanMu di pagi ini...
Yang menggema lembut di pagi ini...
Cobaan liat dengan seksama...
Semuanya itu tidak sama...
Semuanya selalu baru tiap hari...

Matahari terbit tidaklah selalu sama tiap hari...
Berbeda menit, detik...
Dengar juga kicau burung dan kokok ayam yang tidaklah selalu sama tiap hari...
Jika kemarin suasana kerja tampak muram...
Kini hari ini haruslah tidak sama...
Buatlah suasana hati yang ceria dan gembira...

Kita bukanlah sebuah robot...
Yang hanya menjalani hari demi hari dengan monoton apa adanya...
Yang menganggap hari tidak ada yang baru...
Selalu saja ini...itu yang harus dilalui...
Kita adalah manusia melebihi jauh dari sebuah robot...

Jika hari ini, kita masih menganggap diri sebagai robot...
Ingatlah saat pagi ini kita mulai membuka mata...
Selalu ada hari baru yang berbeda dengan hari kemarin...
Selalu ada berkat-berkat baru yang akan diterima...
Selalu ada hal-hal baru yang akan kita jumpai...
Selalau ada semangat baru...
Semuanya selalu baru...
Dan tak pernah terlambat pertolonganMu.
-siGal-

Senin, 01 Agustus 2011

Ketika sore menyapa

Sore hari kembali menyapa...
Ada yang terbangun dari tidur siangnya...
Ada yang masih sibuk di meja kerjanya...
Ada yang lagi bersiap-siap buat masuk kerja...
Ada yang mulai menggelar jajanannya...
Ada yang mulai terlihat berolah raga...
Ada yang masih berdiam diri dan berjaga...
Ada yang lagi sibuk menunggu kereta...
Ada yang bersiap-siap pergi keliling kota...
Ada yang masih mengais-ngais barang yang tak berguna...
Ada yang masih hidup berfoya-foya...
Ada yang masih sering lupa...
Ada yang masih menyimpan dusta...
Ada yang masih menyimpan sebuah luka...
Ada yang masih memendam cinta...
Ada yang masih susah melupakan orang tercinta...

Ada banyak suasana...
Ada banyak cerita...
Ada banyak hati berkata..
Ada berbagai banyak hal ketika sore menyapa...
-siGal-

Bulan Agustus

Selamat datang bulan Agustus...
Bulan tuk mengingatkan orang-orang supaya jangan rakus...
Supaya orang tak menyebut anda sebagai tikus...
Bulan ini juga banyak para tikus yang belum di ringkus...

Selamat memasuki bulan ke delapan...
Saatnya kembali menata dan menatap masa depan...
Bulan yang dikenal dengan bulan kemerdekaan...
Sudahkah kita isi dengan hal-hal yang cukup berkenan...?

Tak terasa tahun ini tinggal 1/3 lagi tersisa...
Janganlah kita mudah unttuk berputus asa...
Teruslah berjuang tuk mengapai sebuah cinta dan cita...
Bulan ini saudara-saudara kita juga lagi berpuasa...
Dan kuucapkan selamat menjalankan ibadah puasa...^-^
-siGal-

Tangan Tuhan sedang merenda

Tuhan menciptakan diri kita spesial, berbeda, unik satu sama lain. Berbagai macam anugerah berupa bakat dan talenta tertanam pada diri kita. Tak ada yang perlu disesali dengan apa yang Tuhan beri. Entah itu keadaan dan kekurangan fisik kita, entah itu keadaan ekonomi kita. Apa yang diciptakanNya selalu baik adanya. Ada sebuah rencana tersendiri bagi hidup kita. Sebuah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan hari depan yang penuh harapan.

Jika hari ini kita masih diberikan hidup olehNya, jangan pernah lagi berkata : "kenapa Tuhan, aku hidup dalam keterbatasan, kenapa aku hidup penuh dengan penderitaan, kenapa dulu aku tidak mengambil kesempatan ini..itu, kenapa pilihan yang kupilih salah..?" Apa yang terjadi dalam hidup kita hanyalah sebuah sulaman. Biarlah tanganNya yang merenda untaian benang dalam hidup kita. Untaian benang yang dirajut dan disulam membentuk sebuah pola tertentu. Pola yang ingin Tuhan tentukan dalam diri kita. Dari bawah tentu pola yang dihasilkan ruwet dan tidak membentuk sebuah pola. Begitu pula dalam hidup yang kita jalani, terkadang kita tidak tahu akan kemana masa depan kita, akan apa yang terjadi esok. Berbagai macam persoalan, penderitaan, derai tangis dan air mata. Sukacita, tawa, kebahagiaan semuanya akan menghiasi hidup kita.

Dan jika waktunya kan tiba, kita akan melihat sebuah pola yang indah dari atas. Sebuah pola rajutan tangan Tuhan dalam hidup kita yang ternyata indah. Dan semunya akan indah pada waktunya.
Aku, kamu, semuanya spesial di mata Tuhan.
-siGal-