“Ono mangsane kali ilang kedunge
Pasar ilang kemruweke
Gamelan ilang suarane.”
(Akan ada suatu keadaan dimana sungai hilang air yang melimpah . Pasar tak ada keramaian. Dan suara gamelan tak lagi terdengar). Sebuah ungkapan yang diutarakan dari para sesepuh, orang tua jaman dulu, yang sekarang menjadi kenyataan di saat ini. Lihatah sekarang sungai-sungai mulai dangkal dan keruh airnya. Jaman dulu banyak sungai yang memiliki kedung, dimana anak-anak bisa bermain, berenang sesukanya. Air sungai sekarang sudah banyak tercemar, limbah dari rumah tangga, limbah industri. Pendangkalan sungai terjadi akibat pasokan air yang mulai berkurang akibat mulai berkurangnya hutan, lahan hijau, dan semakin sulitnya dijumpai lahan sebagai resapan air hujan. Pembangunan tanggul di kanan-kiri sungai juga mengakibatakan berkurangnya mata air yang mengalir ke sungai. Sungai menjadi tempat yang tidak nyaman lagi buat bermain.
Menurut cerita orang dulu, pagi-pagi sekali sebelum subuh, suara kerumunan aktivitas pasar terdengar jelas sampai ke rumah, meskipun rumah orang itu jaraknya agak jauh dari pasar. Sering perkembangan jaman, mulai menjamurnya swalayan-swalayan, supermarket yang buka 24 jam. Peran pasar mulai tergusur oleh toko-toko yang buka 24 jam, restoran siap saji. Jaman dulu pasar selain sebagai tempat untuk belanja memenuhi kebutuhan pokok, juga digunakan sebagai sarana perjumpaan, sebagi tempat untuk bertegur sapa dengan para tetangga sekitar. Sekarang suara ramainya pasar sudah tak terdengar lagi. Yang terdengar jelas adalah suara iklan, diskon dari mal, swalayan-swalayan besar, mini market yang sangat mudah dijumpai. Pasar yang digunakan sebagai saran perjumpaan tergantikan oleh hp, bb, dan internet. Di jaman ini mungkin masih ada yang tidak mengenal tetangga di kanan kiri kita. Tetangga sebelah punya gawe/acara tak tahu akibat minimnya sarana perjumaan dengan orang-orang di lingkungan sekitar.
Gamelan ilang suarane. Sudah mulai tak terdengar suara gamelan di jaman ini. Bagaimana mau terdengar, jika generasi sekarang tak lagi menjamah itu gamelan. Memainkan musik gamelan di tengah arus modernisasi memang tak mudah. Lihatlah banyak industri yang mulai memasukan unsur instan, hiburan yang lebih menarik dan menjanjikan. Mulai ada ketoprok humor, pergelaran wayang kulit dengan suguhan humor yang banyak. Menurut cerita orang dulu, misal di kampung sebelah akan mengadakan pergelaran wayang kulit, suara gamelan akan terdengar berhari-hari, walaupun pentas wayang kulit sudah selesai.
Sungguh hebat sekali orang-orang tua jaman dulu yang mampu menerawang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Jika hari ini apa yang diprediksikan oleh orang-orang tua jaman dahulu sudah benar terjadi, lalu apa yang harus kita lakukan? Duduk diamkah dan tak melakukan apa-apa? Ataukah kita bilang, “ah, masak bodoh… jaman memang harus berganti, apa mau dikata?” ataukah kita baru bereaksi jika harga diri kita sebagai bangsa terusik, seperti kebudayaan kita yang diklaim oleh bangsa lain.
Orang-orang dulu sudah jauh-jauh hari memberi tanda-tanda jaman, namun kita sendiri yang tak menghargai dan menghiraukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar