Sabtu, 02 Juli 2011

Belajar dari ikan Salem

Ikan salem adalah jenis ikan laut yang unik. Pada musim bertelur, ikan salem akan berbondong-bondong kembali ke tempat asal ikan ini dilahirkan, di sungai jauh di atas dataran tinggi. Perjalanan ikan salem dari laut menuju hulu sungai memerlukan pengorbanan. Banyak rintangan, bahaya alam yang keras harus dihadapinya. Perjalanan ribuan kilometer, ombak besar, arus deras, batu karang yang tajam dilaluinya di laut. Memasuki sungai, ikan salem kembali menempuh arus deras, terkaman binatang pemangsa, bukit yang terjal, dan segala macam jerat manusia. Untuk mencapai tujuan di hulu sungai yang ada di tempat tinggi, ikan salem harus berjuang melompati jeram dan air terjun, atau bendungan yang tinggi. Ikan itu harus berenang dengan kecepatan 30 kilometer per jam agar mempunyai daya lompat setinggi tiga setengah meter!.
Semua rintangan dan bahaya tidak mengurungkan niat ikan salem untuk bertelur. Tubuh yang terluka akibat benturan bebatuan sungai tidak bisa membuat surut. Satu tujuan dilakukan untuk meneruskan generasi. Sesampai di hulu sungai, dalam keadaan lelah dan terluka, ikan salem mencari tempat terbaik bagi sarangnya, meletakkan telurnya dan akhirnya mati. Apakah selesai tugasnya? Apakah hanya demikian kisah hidup salem dewasa? Apakah ribuan bangkai salem dewasa hanya akan mengotori sungai? Ternyata tidak! Allah berbicara banyak walau hanya lewat ikan salem.
Dalam waktu yang singkat telur-telur itu menetas sebagai generasi penerus. Ikan salem kecil yang berjumlah jutaan itu adalah wujud harapan salem dewasa yang menjadi kenyataan. Dengan apa salem kecil ini hidup? Apa yang dimakannya hingga ia mendapat cukup tenaga, masuk ke laut dan menjadi ikan dewasa? Ilmu pengetahuan mendapatkan bahwa begitu banyak kandungan karbon dan protein yang berasal dari bangkai salem dewasa yang mati, membusuk dan terurai ternyata telah menjadi sumber makanan yang berlimpah bagi salem kecil. Ada makna dari hidup salem dewasa yang tidak diketahuinya saat hidupnya berakhir, salem dewasa tidak tahu namun anak salem merasakannya.
Bagaimana dengan kita sebagai manusia? Tuhan rindu berbicara lebih banyak lewat kita daripada lewat ikan salem. Dia rindu kita menjadi pribadi yang bermakna dan berharga bukan saja sewaktu kita hidup tapi setelah kita mati. Tuhan rindu setiap pribadi manusia mewariskan makanan yang tidak akan ada habisnya bagi generasi penerus. Makanan yang bernilai kekekalan, berharga pengenalan akan Allah. Makanan yang bernilai janji dan berkat Allah namun juga makanan yang berwujud nasehat, teguran dan ketertiban. Hidup yang membawa kebenaran bagi generasi selanjutnya.
Tuhan begitu rindu memakai kita manusia untuk memberi banyak makna bagi dunia. Saat hidup berakhir ada jutaan talenta dihasilkan. Berjuanglah dan bermakna sampai mati, ada jutaan talenta akan berbuah.

Tidak ada komentar:

Total Tayangan Halaman

Persembahan Hati