Rabu, 21 Maret 2012
Satu pertanyaan, buat Tuhan
Jika suatu hari, aku diberi kesempatan untuk mengajukan satu pertanyaan buat Tuhan. Dan Tuhan sendiri, akan langsung menjawab pertanyaan yang aku ajukan. Hanya ada satu pertanyaan...
"Tuhan, apakah masa depanku akan bahagia?" Ah, nampaknya pertanyaan yang standart. bukankah bisa menghirup udara segar di pagi ini, masih diberi anugerah kehidupan dan kesehatan, apakah itu sudah bahagia? Kenapa aku harus tanya apakah masa depanku akan bahagia. Bukankah anugerah yang aku terima setiap saat itu, merupakan kebahagian tersendiri bagiku? Dan nampaknya aku harus ganti saja pertanyaan yang lain gumanku, dalam hati.
Tuhan, sampai umur berapakah aku hidup di dunia ini? Pertanyaannya terasa berat, namun sungguh berat mendengar jawabannya. Apakah aku sudah siap mendengarnya? Bagaimana jika aku belum siap? Bisa saja Tuhan berkata, cuma sampai esok hari kamu hidup di dunia ini. Dan aku merasa aku belum siap. Mendingan aku urungkan mengajukan pertanyaan itu. Dan ku ganti dengan pertanyaan lain.
Tuhan setelah aku mati, apakah aku masuk surga ataukah neraka? Lagi-lagi pertanyaan yang jawabanya terasa berat tuk didengar. Namun jika dipikir itu pertanyaan yang amat teramat bodoh, mengharapkan kelak berada di surga, tetapi sampai saat ini aku jarang menghadirkan dan menciptakan surga di bumi ini. Surga itu suasana penuh kedamaian. Jika keberadaanku sampai detik ini belum membawa kedamaian bagi sesamaku, bagi orang-orang yang berada di sekitarku, kenapa aku harus perlu tau kelak akan berada di surga atau di neraka? Alangkah baiknya jika aku terlebih dahulu menghadirkan dan membawa damai di bumi ini. Lebih baik, aku ganti dengan pertanyaan yang lain.
Tuhan, kenapa sih Engkau memilihku? Pertanyaan ini kuajukan karena Engkau pernah berkata, "bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Akulah yang memilihmu." Lalu aku terdiam dan merenungkan pertanyaan yang barusan aku ajukan.
Sungguh malunya hati ini, kenapa aku hanya berkutat pada diri ini. Sudahkah aku melaksanakan perpanjangan tangan kasih Tuhan? Aku dipilih untuk menjadi saluran berkat dan kasih bagi sesama, namun ternyata aku belum mampu menghadirkan Tuhan bagi sesamaku. Belum mampu memberikan pengharapan bagi mereka yang putus asa, belum mampu menjadi penerang dalam kegelapan, belum mampu menghibur bagi mereka yang menderita...
Akupun bingung untuk mengajukan pertanyaan apa? Kulepaskan segala pikiranku...kuserahkan semua yang ada di dalam pikiranku, kecemasanku, beban-beban hidup, masa depanku dan segala persoalan hidup ini. Sungguh rasa damai dan tenang yang kurasakan. Aku terlalu fokus pada satu pertanyaan yang ku ajukan. Hingga melupakan siapa yang berdiri di hadapanku. Kusadari, tanpa aku mengajukan pertanyaan yang belum keluar dari mulut ini, ternyata Tuhan telah memberi jawabannya.
Dan akupun mengurungkan niat untuk mengajukan satu pertanyaan. Hanya ucapan "terima kasih Tuhan, karena aku boleh Kau perkenankan, menjadi anak-anakMu."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar