Hari kamis
tanggal 9 Mei 2013 hingga hari Sabtu tanggal 11 Mei 2013, kami beerlima naik
gunung Slamet, gunung tertinggi kedua di pulau Jawa setelah gunung Semeru. Semua pada packing barang-barang sendiri.
Seperti biasa aku membawa lima buah mie instans, 3 bungkus roti, susu, dan
energen dan air mineral 3 lt. Bekal makanan ringan seperti roti sudah dimakan habis,
saat perjalaan menuju Pubalingga serta
di pos satu. Kami naik dari base camp pagi pkl 08.30. Sehingga di pos
satu kami tak berencana masak besar. Kami masak besar di pos tiga. Biasa lah
seduh pop mie serta diberi irisan lonthong. Maklumlah lonthong yang dibawa
cukup banyak, dan takut jika tak dimakan tentu akan basi, mengingat hari kamis yang beli dan sekarang sudah hari
Jumat. Niatnya mau menghabiskan semua
namun apa daya perut sudah kenyang, dan masih tersisia lebih dari 8 lonthong.
Pertama kali kami makan, kami pun nyicipi jangan-jangan sudah basi, namun
setelah dirasa ternyata belum, malah enak. Kami istirahat di pos tiga sekitar
pukul 1 siang.
Perjalananpun
dilanjutkan hinga menjelang malam pukul
20.00. kami pun beristirahat di pos enam, tak ada tenda, hanya bermodal matras,
kain mantol, dan sleeping bag kami beristirahat sambil membuat makan malam.
Menu malam mie instant, dan tak
ketingggalan lonthong yang kemarin dibawa
ternyata masih enak. Kami pun mengisi energi yang telah terkuras setelah
hampir seharian berjalan. Dengan beratapkan bintang di langit, berselimutkan
udara yang super dingin dan beralaskan tanah gunung Slamet, kami pun sukses
tidak tidur, mengingat hawanya yang cukup dingin, serta lokasi kami tidur
tempat jalur orang lalu lalang naik. Kami pun membuat api unggun, namun tak
bisa nyala dengan besar mengingat banyak kayu-kayu yang masih basah.
Tepat tengah
malam pukul 00.00 kami melanjutkan perjalanan dari pos enam menuju ke pos
tujuh. Melawan dinginnya malam, kami pun berjalan setapak demi setapak hingga
sampai ke pos tujuh sekitar pukul 01.00. dan kami berisitrahat di pos
tujuh sambil menikmati pemandangan
lampu-lampu kota yang sungguh indahnya. Di pos tujuh terdapat tempat buat para
pendaki beristirahat, setelah
beristirahat sekitar satu jam lebih. Perjalanan berat kami lanjutkan hingga
kami sampai ke puncak Gunung Slamet pukul setengah lima pagi. Sambil menikmati sunrise, ada dari rekan kami
yang masak di puncak dengan menu corned, dengan tak ketinggalan lonthong.
Ternyata lonthong yang dibawa dari hari kamis kemarin ternyat masih enak.
Selesai menikamti puncak gunung, kami pun turun. Baru di perjalanan pos keempat
kami masak lagi mengingat jam sudah menunjukan pukul 11.00. Kami masak sarden
dengan tak ketinggalan lonthong, yang ternyata masih enak juga. Dari hari kamis
membawa sepuluh longhong, ternyata sampai perjalanan pulang hingga pos empa t,
akhirnya lothong yang tersisa masih satu. Dan hebatnmya itu tidaka basi.
Setelah
dipikir-pikir, bukanlah hebatnya si pembuat lonthong yang menyebabkan lonthong
tidak basi berhari-hari, namun berhubung hawa dinging gunung Slamet yang
seperti Frezeer lah yang membuat lonthong mampu bertahan lama. Air mineral yang
dibawa dalam tas saja , dingin seperti baru keluar dari lemari es. Hehehehe…sungguh nikmatnya...hawa dingin....hidup lonthong.....^-^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar