Hari kamis 6 September, jam 07.30 saya berangkat ke Manggarai. Ini pengalaman pertama kali saya ke Manggarai, tepatnya di Ruteng. Penerbangan dari bandara Adisucipto harus transit dulu ke Denpasar, sebelum pkl 14.00 berangkat ke Bandara Komodo yang ada di Labuhan Bajo. Karena pagi hari belum sempat sarapan, maka saya perlu mencari makanan yang akan membantu mengganjal perut sampai malam. Saya temukan menu makan bebek putri madura. Mengetahui menu itu gegara beberapa waktu yang lalu di Surabaya ditraktir makan bebek putri madura yang sungguh endess.
Tepat pukul 14.00 pesawat wings air mengantar saya bersama kebanyakan para turis-turis asing yang ingin pergi ke pulau komodo. Kurang lebih 1,5 jam pesawat mendarat di bandara komodo, bandara yang menyempil di tengah-tengah perbukitan.
Pukul 16.00 saya mulai perjalanan menuju ke Ruteng. Perjalanan yang diawal sudah naik turun gunung, berkelok-kelok seakan tak ada habisnya. Ah pikiriku mungkin ini hanya awalan saja, naik, nanjak dan pada akhirnya akan sampai pada jalan yang mendatar. Ditunggu berjam-jam, ternyata apa yang saya pikirkan tidak terjadi. Sampai 3,5 jam perut yang sudah terasa lapar ditambah penuh gonjangan dan jalan yang berliku-liku akhirnya sampai juga di Manggarai. Ternyata oh ternyata tempatnya sangaat dingin sekali....dan saya tak bawa pakaian hangat, hanya sweater. Dan bisa disimpulkan, malam itu sesudah makan saya tidak berani mandi. Saya di Manggarai selama 4 hari, dan malam terakhir di sana suhunya sampai 9 derajat. Senang sekali di Manggarai bisa minum kopi manggarai😀.
Minggu (9/9) pagi pukul 09.00 saya meninggalkan Ruteng menuju ke bandara Labuhan bajo. Di perjalanan, menyusuri jalan yang tentunya sudah nga kaget lagi. Melihat papan penunujuk arah ke Wae Rebo...berharap bisa kesana di lain waktu.
Pukul 12.00 saya sampai di bandara, dan menunggu waktu selama dua jam sebelum berangkat ke Jogja. Penerbangan balik ke jogjapun harus transit ke jakarta dulu. Menunggu di Jakarta selama 2 jam, hingga akhirnya minggu malam pukul 20.30 saya sampai di rumah.
Selesai beres-beres koper, mengeluarkan pakaian kotor dan memasukan kembali peralatan dan kebutuhan buat pelatihan di Malang. Pukul 21.30 saya sudah diampiri untuk nonton ramai-ramai The Nun bersama para pendamping PIA dan Romo kami di bioskop yang letaknya agak jauh dari rumah. Selesai nonton film, pukul 23.30 sampai di rumah dengan mata yang sudah ngantuk berat, maka saya putuskan untuk pergi ke stasiun Yogyakarta. Daripada saya ketiduran di rumah, maka saya putuskan untuk tidur di stasiun menunggu kereta mutiara selatan pukul 01.30 yang akan mengantar saya menuju ke Malang.
Benar saja kereta datang, saya langsung masuk dan mencari tempat duduk dan langsung tidur. Bangun-bangun sudah sampai Surabaya. Senin (10/9) pagi pukul 09.30 sampai di Malang. Saya di Malang di temani oleh dua orang teman saya Egi dan Prima. Keluar dari stasiun di Malang terlihat kayak romo Novan bersama suster dan bruder yang menjemput kami. Dulu masih jadi diakon, sekarang sudah jadi romo. Beberapa bulan yang lalu diakon novan sempat mencari-cari tv yang ada di ruang sebelah. Ternyata oh ternyata tv nya saya angkut ke kamar dimana saya tinggal beberapa hari di paroki KR hahahaha. Selamat romo...ucapku. Selama di Malang saya dan prima tinggal di bruderan Alma, dan egi di salah satu tempat tinggal para aspiran suster-suster Alma. Kami mengisi materi selama dua hari senin dan selasa. Dan selasa pulang ke jogja mengingat tiket kereta juga sudah dibeli.
Rencana yang berubah dalam hitungan menit per menit, gegara ide konyol yang muncul, "mumpung sampai Malang, kenapa nga ke Bromo." Sembari mengisi sesi di hari selasa, kami mencari tiket pulang kereta api di rabu malam. Ah ternyata masih banyak yang kosong, dan akhirnya kami pesan tiket pulang. Saat tiket pulang sudah didapat, lalu selanjutnya pesan agen travel yang mau mengantar malam nanti kami ke Bromo... dan sudah dapat. Rencana awal kami, nanti kami di jemput di stasiun.
Selasa sore selesai pelatihan, kami beberes dan ternyata sudah diberi oleh para suster 3 kardus oleh2 untuk dibawa pulang. Dengan diantar dua suster dan satu bruder kami diantar ke statsiun malang. Tak lupa kami selfie dulu di depan stasiun Malang. Akhirnya kami berpisah dan masuk kedalam stasiun. Didalam stasiun kami cetak tiket untuk di refund, ternyata masih bisa karena masih kurang satu jam sebelum keberangkatan. Pikir para suster dan bruder, wah mereka sudah masuk ke kereta dan berangkat ke jogja,"maaf kan kami suster..."😁 Ternyata kami bertiga berjalan ke luar stasiun, dan mencari tempat duduk untuk merencanakan langkah selanjutnya, mengingat barang bawaanya yang banyak, satu koper dan 3 dus oleh-oleh. Nga mungkin kan koper bersama 3 dus masuk kedalam jeep yang mengantar ke Bromo. Maka kami putuskan cari hotel yang deket dengan stasiun Malang. Dan akhirnya dapat, kurang lebih berjalan sekitar 200 meter kami menuju ke hotel. Tepat pukul 00.00 sebuah jeep merah menjemput kami di hotel untuk membawa kami menikmati sunrise di gunung Bromo.
Rabu malam akhirnya kami baru benar-benar pulang ke jogja, dan sampai di Jogja kamis pagi pukul 04.00. Pengalaman kamis ke kamis yang sungguh luar biasa di tahun ini.
Tepat pukul 14.00 pesawat wings air mengantar saya bersama kebanyakan para turis-turis asing yang ingin pergi ke pulau komodo. Kurang lebih 1,5 jam pesawat mendarat di bandara komodo, bandara yang menyempil di tengah-tengah perbukitan.
Pukul 16.00 saya mulai perjalanan menuju ke Ruteng. Perjalanan yang diawal sudah naik turun gunung, berkelok-kelok seakan tak ada habisnya. Ah pikiriku mungkin ini hanya awalan saja, naik, nanjak dan pada akhirnya akan sampai pada jalan yang mendatar. Ditunggu berjam-jam, ternyata apa yang saya pikirkan tidak terjadi. Sampai 3,5 jam perut yang sudah terasa lapar ditambah penuh gonjangan dan jalan yang berliku-liku akhirnya sampai juga di Manggarai. Ternyata oh ternyata tempatnya sangaat dingin sekali....dan saya tak bawa pakaian hangat, hanya sweater. Dan bisa disimpulkan, malam itu sesudah makan saya tidak berani mandi. Saya di Manggarai selama 4 hari, dan malam terakhir di sana suhunya sampai 9 derajat. Senang sekali di Manggarai bisa minum kopi manggarai😀.
Minggu (9/9) pagi pukul 09.00 saya meninggalkan Ruteng menuju ke bandara Labuhan bajo. Di perjalanan, menyusuri jalan yang tentunya sudah nga kaget lagi. Melihat papan penunujuk arah ke Wae Rebo...berharap bisa kesana di lain waktu.
Pukul 12.00 saya sampai di bandara, dan menunggu waktu selama dua jam sebelum berangkat ke Jogja. Penerbangan balik ke jogjapun harus transit ke jakarta dulu. Menunggu di Jakarta selama 2 jam, hingga akhirnya minggu malam pukul 20.30 saya sampai di rumah.
Selesai beres-beres koper, mengeluarkan pakaian kotor dan memasukan kembali peralatan dan kebutuhan buat pelatihan di Malang. Pukul 21.30 saya sudah diampiri untuk nonton ramai-ramai The Nun bersama para pendamping PIA dan Romo kami di bioskop yang letaknya agak jauh dari rumah. Selesai nonton film, pukul 23.30 sampai di rumah dengan mata yang sudah ngantuk berat, maka saya putuskan untuk pergi ke stasiun Yogyakarta. Daripada saya ketiduran di rumah, maka saya putuskan untuk tidur di stasiun menunggu kereta mutiara selatan pukul 01.30 yang akan mengantar saya menuju ke Malang.
Benar saja kereta datang, saya langsung masuk dan mencari tempat duduk dan langsung tidur. Bangun-bangun sudah sampai Surabaya. Senin (10/9) pagi pukul 09.30 sampai di Malang. Saya di Malang di temani oleh dua orang teman saya Egi dan Prima. Keluar dari stasiun di Malang terlihat kayak romo Novan bersama suster dan bruder yang menjemput kami. Dulu masih jadi diakon, sekarang sudah jadi romo. Beberapa bulan yang lalu diakon novan sempat mencari-cari tv yang ada di ruang sebelah. Ternyata oh ternyata tv nya saya angkut ke kamar dimana saya tinggal beberapa hari di paroki KR hahahaha. Selamat romo...ucapku. Selama di Malang saya dan prima tinggal di bruderan Alma, dan egi di salah satu tempat tinggal para aspiran suster-suster Alma. Kami mengisi materi selama dua hari senin dan selasa. Dan selasa pulang ke jogja mengingat tiket kereta juga sudah dibeli.
Rencana yang berubah dalam hitungan menit per menit, gegara ide konyol yang muncul, "mumpung sampai Malang, kenapa nga ke Bromo." Sembari mengisi sesi di hari selasa, kami mencari tiket pulang kereta api di rabu malam. Ah ternyata masih banyak yang kosong, dan akhirnya kami pesan tiket pulang. Saat tiket pulang sudah didapat, lalu selanjutnya pesan agen travel yang mau mengantar malam nanti kami ke Bromo... dan sudah dapat. Rencana awal kami, nanti kami di jemput di stasiun.
Selasa sore selesai pelatihan, kami beberes dan ternyata sudah diberi oleh para suster 3 kardus oleh2 untuk dibawa pulang. Dengan diantar dua suster dan satu bruder kami diantar ke statsiun malang. Tak lupa kami selfie dulu di depan stasiun Malang. Akhirnya kami berpisah dan masuk kedalam stasiun. Didalam stasiun kami cetak tiket untuk di refund, ternyata masih bisa karena masih kurang satu jam sebelum keberangkatan. Pikir para suster dan bruder, wah mereka sudah masuk ke kereta dan berangkat ke jogja,"maaf kan kami suster..."😁 Ternyata kami bertiga berjalan ke luar stasiun, dan mencari tempat duduk untuk merencanakan langkah selanjutnya, mengingat barang bawaanya yang banyak, satu koper dan 3 dus oleh-oleh. Nga mungkin kan koper bersama 3 dus masuk kedalam jeep yang mengantar ke Bromo. Maka kami putuskan cari hotel yang deket dengan stasiun Malang. Dan akhirnya dapat, kurang lebih berjalan sekitar 200 meter kami menuju ke hotel. Tepat pukul 00.00 sebuah jeep merah menjemput kami di hotel untuk membawa kami menikmati sunrise di gunung Bromo.
Rabu malam akhirnya kami baru benar-benar pulang ke jogja, dan sampai di Jogja kamis pagi pukul 04.00. Pengalaman kamis ke kamis yang sungguh luar biasa di tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar