Pemberitauan dari pilot, bahwa sebentar lagi kita akan mendarat membangunkan saya dari tidur setelah beberapa jam yang lalu menyantap menu makan pagi. Tak terasa 3 jam lamanya perjalanan dari Makassar menuju Merauke saya lalui. Dan akhirnya sampai lah kita di Merauke pkl 09.00. Merauke sebuah kota yang tak pernah terbersit dipikiran saya bisa berkunjung ke sini, namun Tuhan berkata kunjungilah Merauke. Merauke aku datang....dengan disambut terik mentari yang panas, saya mencoba beradaptasi dengan cuaca ini.
Setelah menunggu agak sedikit lama, akhirnya barang-barang yang kami bawa satu persatu muncul, dan kami segera keluar dari bandara. Diluar bandara kami sudah disambut oleh dirdios KKI keuskupan Merauke Sr.Getrudis serta teman-teman KKI. Perjalanan kami lanjutkan menuju wisma Keuskupan, untuk kulo nuwun dengan para romo yang ada di wisma keusukupan. Kami disambut oleh romo yang menceritakan tentang situasi, kondisi serta keramah tamahan suku-suku yang ada di tempat kami live in. Tantangan yang sedang dihadapi yaitu mulainya investasi pembukaan lahan hutan untuk dikelola menjadi tanaman industri, seperti kelapa sawit menjadi masalah yang masih dihadapi. Padahal hutan bagi suku-suku di pedalaman mereka sebut sebagai Mama. Mama, sebagai tempat sumber kehidupan, tempat mencari makan. Jika hutan yang mereka punya sudah diambil alih oleh pihak luar, maka mereka harus pergi, tak bisa tinggal, dan tak bisa lagi mencari makan dari hutan. Maka nasib anak cucu mereka, siapa lagi yang bisa menjamin. Sementara keuntungan dari pembukaan lahan hanya akan dinikmati oleh para investor. Penyadaran akan arti pentingnya hutan, akan arti pentingnya menjaga ekosisitem alam perlu dilakukan sejak dini. Agar masyarakat tak mudah untuk melepaskan hutan-hutan yang mereka punyai untuk diambil alih oleh pihak luar.
Wujud gereja yang ada di stasi-stasi yang ada di pedalaman juga sangat bervariasi dan beragam. Ada yang sudah bagus karena dekat dengan kawasan industri ada yang masih sangat sederhana. Yang jelas masyarakat disana sungguh ramah-ramah.
Selesai kulo nuwun dan mendengarkan penjelasan dari romo, kamipun diantar ke tempat kami bermalam. Tempat retreat yang dipunyai oleh keuskupan menjadi tempat kami bermalam selama kami berada di kota Merauke. Sebelum makan siang suster Getrudis juga menceritakan tentang pengalaman selama ini mendampingi perayaan pekan suci di daerah pedalaman. Banyak hal-hal yang menarik dan terasa menyenangkan mendengarkan cerita beliau. Salah satu resepnya kalau kita mau mengajak orang tua disana untuk ibdadat, yaitu kita dekati dulu anak-anak kecilnya, kita ajak mereka bernyanyi dan bermain. Nanti kita tinggal bilang ke anak, sebentar lagi kita mau doa. Secara spontan anak-anak akan bilang ke orang tua mereka untuk sebentar lagi ada doa.
Jam 13.00 kitapun akhirnya istirahat di kamar masing-masing...
(Kamis 6 April 2017 pkl 13.00)
Setelah menunggu agak sedikit lama, akhirnya barang-barang yang kami bawa satu persatu muncul, dan kami segera keluar dari bandara. Diluar bandara kami sudah disambut oleh dirdios KKI keuskupan Merauke Sr.Getrudis serta teman-teman KKI. Perjalanan kami lanjutkan menuju wisma Keuskupan, untuk kulo nuwun dengan para romo yang ada di wisma keusukupan. Kami disambut oleh romo yang menceritakan tentang situasi, kondisi serta keramah tamahan suku-suku yang ada di tempat kami live in. Tantangan yang sedang dihadapi yaitu mulainya investasi pembukaan lahan hutan untuk dikelola menjadi tanaman industri, seperti kelapa sawit menjadi masalah yang masih dihadapi. Padahal hutan bagi suku-suku di pedalaman mereka sebut sebagai Mama. Mama, sebagai tempat sumber kehidupan, tempat mencari makan. Jika hutan yang mereka punya sudah diambil alih oleh pihak luar, maka mereka harus pergi, tak bisa tinggal, dan tak bisa lagi mencari makan dari hutan. Maka nasib anak cucu mereka, siapa lagi yang bisa menjamin. Sementara keuntungan dari pembukaan lahan hanya akan dinikmati oleh para investor. Penyadaran akan arti pentingnya hutan, akan arti pentingnya menjaga ekosisitem alam perlu dilakukan sejak dini. Agar masyarakat tak mudah untuk melepaskan hutan-hutan yang mereka punyai untuk diambil alih oleh pihak luar.
Wujud gereja yang ada di stasi-stasi yang ada di pedalaman juga sangat bervariasi dan beragam. Ada yang sudah bagus karena dekat dengan kawasan industri ada yang masih sangat sederhana. Yang jelas masyarakat disana sungguh ramah-ramah.
Selesai kulo nuwun dan mendengarkan penjelasan dari romo, kamipun diantar ke tempat kami bermalam. Tempat retreat yang dipunyai oleh keuskupan menjadi tempat kami bermalam selama kami berada di kota Merauke. Sebelum makan siang suster Getrudis juga menceritakan tentang pengalaman selama ini mendampingi perayaan pekan suci di daerah pedalaman. Banyak hal-hal yang menarik dan terasa menyenangkan mendengarkan cerita beliau. Salah satu resepnya kalau kita mau mengajak orang tua disana untuk ibdadat, yaitu kita dekati dulu anak-anak kecilnya, kita ajak mereka bernyanyi dan bermain. Nanti kita tinggal bilang ke anak, sebentar lagi kita mau doa. Secara spontan anak-anak akan bilang ke orang tua mereka untuk sebentar lagi ada doa.
Jam 13.00 kitapun akhirnya istirahat di kamar masing-masing...
(Kamis 6 April 2017 pkl 13.00)
1 komentar:
Puji Tuhan, sudah sampai di Merauke dg selamat,, update terus catatan hariannya,,, siap menunggu kabar selanjutnya.. BD
Posting Komentar