Perjalanan dimulai dari gereja kami tercinta gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran dengan dilepas oleh Romo paroki kami Yohanes Dwi Harsanto, Pr. Sekitar pukul 16.30 kamipun melaju menuju ke bandara Adisucipto. Jalan macet, apalagi ditambah hujan yang menguyur kota Jogja, membuat perjalanan agak tersendat. Karena sudah tergesa-gesa, kamipun melupakan teman-teman JLM 2 yang berniat melepas kepergian kami (maaf ya, teman-teman...). Mereka sudah sampai bandara, namun karena situasi kami tergesa-gesa langsung masuk ke terminal keberangkatan. Niat kami setelah mengurus semua bagasi, kami akan keluar untuk menemui teman-teman JLM 2, namun sayang ternyata sistem dimaskapai tempat membawa kami ke Merauke sedang down. Sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk check in, mengingat semuanya dilakukan dengan manual. Alhasil waktu yang mepet dengan keberangkatan, kami tak jadi keluar lagi bandara.
Akibat sistem nya sedang down, maka terjadilah banyak nomer kursi yang kembar. Seperti punya kami, nomer yang tertera di tiket ternyata sudah diduduki orang. Terpaksa kami diarahkan untuk mencari tempat yang masih kosong. Untung saja, masih ada yang kosong. Coba jika semuanya penuh.... Akhirnya kami berangkat tepat pkl 21.15 WIB dan sampai di bandara internasional Sultan Hasanudin Makassar.
Bandara yang penuh kenangan dalam kisah perjalanan saya, memulai karya pelayanan. Dari tahun 2013 hingga tahun 2017, setiap tahun pasti saya singgah di bandara ini. Sudah lima kali tercatat saya singgah di bandara ini, namun belum pernah sekalipun saya berkeliling kota Makassar. Maklum dibandara ini hanya singgah saja, lalu lanjut perjalanan ke daerah lain. Ingat saat pertama kali singgah dibandara ini pukul 08.00 pagi dan penerbangan selanjutnya pukul 14.30 ke Kendari. Kami berdua, hanya menahan lapar sepanjang hari itu, mengingat uang saku yang kita bawa cuma terbatas. Sepanjang hari itu kami berdua hanya minum dua cangkir coffie mix seharga Rp.32.000,00 waktu itu. Mau makan, rasanya sayang...mengingat mahal sekali harga makanan di bandara 😀
Sekarang kami juga akan menunggu agak lama...sambil menunggu, kamipun cemal cemil sate lilit dan sate merah dari sate ratu yang kami bawa dari jogja. Irit pengeluaran...mengingat kami masih 20 hari lagi di Merauke 😀Yup...berharap lekas pukul 04.00 dan saat membuka mata di pagi hari, kami sudah sampai di Merauke.(coretan Kamis 6 April 2017 pkl 01.26 )
Akibat sistem nya sedang down, maka terjadilah banyak nomer kursi yang kembar. Seperti punya kami, nomer yang tertera di tiket ternyata sudah diduduki orang. Terpaksa kami diarahkan untuk mencari tempat yang masih kosong. Untung saja, masih ada yang kosong. Coba jika semuanya penuh.... Akhirnya kami berangkat tepat pkl 21.15 WIB dan sampai di bandara internasional Sultan Hasanudin Makassar.
Bandara yang penuh kenangan dalam kisah perjalanan saya, memulai karya pelayanan. Dari tahun 2013 hingga tahun 2017, setiap tahun pasti saya singgah di bandara ini. Sudah lima kali tercatat saya singgah di bandara ini, namun belum pernah sekalipun saya berkeliling kota Makassar. Maklum dibandara ini hanya singgah saja, lalu lanjut perjalanan ke daerah lain. Ingat saat pertama kali singgah dibandara ini pukul 08.00 pagi dan penerbangan selanjutnya pukul 14.30 ke Kendari. Kami berdua, hanya menahan lapar sepanjang hari itu, mengingat uang saku yang kita bawa cuma terbatas. Sepanjang hari itu kami berdua hanya minum dua cangkir coffie mix seharga Rp.32.000,00 waktu itu. Mau makan, rasanya sayang...mengingat mahal sekali harga makanan di bandara 😀
Sekarang kami juga akan menunggu agak lama...sambil menunggu, kamipun cemal cemil sate lilit dan sate merah dari sate ratu yang kami bawa dari jogja. Irit pengeluaran...mengingat kami masih 20 hari lagi di Merauke 😀Yup...berharap lekas pukul 04.00 dan saat membuka mata di pagi hari, kami sudah sampai di Merauke.(coretan Kamis 6 April 2017 pkl 01.26 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar