Jumat, 23 Desember 2011
Gua Natalku
Kenapa gua natalku amat mahal...ya? Mungkinkah ini mengikuti perkembangan jaman? Ataukah mumpung ada alokasi uang yang banyak? Atau ingin menunjukan, "ini lho gua natal buatan ku, bagus bukan...? "Mungkin juga dibuat sebagus mungkin agar membantu penghayatan iman umat...namun sekali lagi kenapa harus mahal...? Membuat bagus bukan berarti harus mahal bukan...?
Aku sendiri juga tak mengerti... Bukankah Dia lahir dalam sebuah kesederhanaan? Teringat akan natal sesudah gempa bumi di Jogja,
di salah satu sudut gereja kecil tergolek kanak-kanak Yesus terbaring di tengah-tengah reruntuhan bangunan. Teringat kala peristiwa erupsi merapi, sebuah gereja di lereng gunung merapi yang membuat gua dengan barang yang seadanya.
Teringat kala beberapa waktu yang lalu mengadakan sebuah kunjungan di sebuah yayasan anak-anak yang terlantar, sebuah gua yang dibangun dari sebuah kertas koran.
Memandang Dia yang terbaring dalam sebuah kesederhanaan.
Memandang Dia yang terbungkus lampin tak berdaya.
Ada sebuah rasa haru...
Ada sebuah relasi hati...
Ada sebuah percakapan dengan Dia yang terbaring...
yang tanpa sadar membuat air mata mengalir
Entah apa jadinya kala esok natal berlangsung
Mungkinkah gua Natalku mampu menjalin relasi hati bagi orang yang memandangnya?
Ataukah orang berduyun-duyun ke gua hanya untuk sekedar foto bersama?
Ataukah orang bayak menghabiskan waktu yang terbuang, gara-gara kagum memandang kemegahan dan keindahan ornamen gua? Dan akhirnya malah melupakan Dia yang terbaring dalam palungan dengan kedua tangan terlentang.
Kedua tanganNya yang terlentang yang menanti balasan tangan kita...
Senyuman yang manis yang malah sering kita acuhkan...
Gua Natal dibuat untuk mengingatkan kita bawa Dia pernah lahir dalam kesederhanaan. Sebuah gua yang sunyi yang membantu kita untuk peka terhadap sapaanNya, sebuah tempat yang membantu kita untuk membalas uluran tanganNya. Dalam gua terjalin sebuah relasi hati, bak para gembala dengan hewan gembalaannya yang datang menghadapNya dengan hati yang penuh suka cita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar