Rabu, 25 April 2012
Kita sudah menjadi apa, saat teman kita lagi emosi?
Jika ditanya apakah kita pernah emosi? Hampir setiap orang pernah emosi. Emosi karena sesuatu hal yang ternyata tak sejalan dengan pikiran dan kehendak kita. Emosi karena suatu hal telah mengusik harga diri kita. Emosi karena sesuatu hal yang telah dituduhkan kepada kita, yang sebenarnya tak seperti itu keadaannya. Emosi karena melihat dan mendengar kejadian atau peristiwa yang ada di depan kita, walaupun sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan kita.
Orang yang lagi emosi, nampaknya akan mudah dikenali dan tampak dari luar. Nada dan perkataan yang mulai meninggi. Kepal tangan dan tak jarang sambil menunjuk-nunjuk ke muka orang. Gebrakan tangan, membanting barang yang ada didepannya atau merobek-robek kertas. Tak jarang pula perkataan yang tak pantas diucapkan, keluar dari mulut berjejer-jejer bak kereta api. Sumpah serapah, makian, ancaman terdengar nyaring ditelinga orang yang mendengarnya.
Ketika orang sedang emosi, hanya ada pembenaran yang paling benar di dirinya. Orang lain, dianggapnya tak benar. Apa yang dilakukannyapun terkadang bersifat spontan tanpa pikir panjang. Seringpula setelah melampiaskan emosi, orang tampak menyesal dengan apa yang telah mereka lakukan atau katakan.
Menyulut emosi memang sangat mudah, tak segampang orang meredamkan amarah. Sering digambarkan orang yang lagi emosi, dengan wajah memerah bak gunung yang mau meletus, hidung kembang kempis bak banteng yang lagi marah. Emosi yang memuncak membuat darah seakan mendidih dalam sebuah tungku panas yang siap untuk ditumpahkan.
Tau orang lagi emosi, seringkali orang-orang disekitarnya juga malah ikut menambah panas suasana hati. Memberi bumbu-bumbu yang membuat suasana menjadi panas. Sangat jarang dijumpai, orang-orang disekitarnya berperan menjadi pohon yang rindang buat berteduh. Pohon yang rindang dimana orang begitu nyaman dan tenang berteduh di bawahnya. Menjadi sebuah mata air yang sejuk, bagi setiap orang yang datang tuk mencuci muka dan melepaskan dahaga.
Kita sudah menjadi apa, ketika ada teman atau sahabat kita yang lagi emosi menghadapi suatu hal? Menjadi kayu yang ikut menambah besar nyala api ataukah mampu menjadi pohon yang rindang dan mata air yang mampu menyejukan dan menenangkan suasana hati? Ketika kita mampu menjadi pohon yang rindang dan mata air bagi orang yang lagi membutuhkan, tentu kita akan ingat pula saat kita sedang emosi. Saat emosi merasuki kita, ingatlah bahwa kita adalah pohon besar yang rindang. Jangan biarkan pohon rindang itu habis terbakar oleh emosi kita. Undurlah diri, dan coba tenangkan diri di bawah rindang dan teduhnya sebuah pohon yang lebih besar lagi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar