Rabu, 31 Agustus 2011
Ku berjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia
"ku berjuang sampai akhirnya
KAU dapati aku tetap setia"
Siapa yang tak ingin setia sampai akhir? Tetap setia walaupun di tengah godaan dan badai persoalan yang menerpa kita. Disaat doa-doa kita belum terkabul? Disaat godaan duniawi yang begitu menjanjikan? Disaat beban persoalan hidup rasanya tak pernah berhenti? Sampai kapankah kita bisa setia sampai akhir?
Teringat akan sebuah pengalaman waktu dulu masuk Palang Merah Remaja. Disaat acara pelantikan anggota baru, para peserta diberi satu telur ayam mentah. Telur ayam mentah itu harus dibawa dengan genggaman tangan kita. Tidak boleh dimasukan saku, apalagi dimasukan dalam tas. Telur itu tidak boleh pecah sampai pos terakhir. Ibaratnya telur itu adalah pasien kita, dan tugas kita wajib untuk menjaga, melindungi dan mengantar pasien sampai ke rumah sakit dengan tak kurang satu apapun. Dengan tangan mengenggam sebutir telur, para peserta berjalan dari pos satu ke pos yang lainnya. Selama perjalanan itu, banyak rintangan, gangguan dari panitia yang membuat agar telur yang dibawa peserta itu pecah. Banyak pesesta yang berguling-guling ria menghindari ranjau, menghindar dari lemparan air. Jatuh dan badan penuh kotor sudah tak dapat dihindari lagi. Walaupun susah payah melindungi telur, masih saja banyak telur yang pecah. Pecah karena terjatuh dalam perjalanan, pecah karena terlalu kuat mengenggamnya, pecah karena takut dan kaget dengan apa yang dilihat di depan, pecah karena lemparan air. Namun masih ada peserta yang mampu membawa butir telur sampai selesai tidak pecah. Tentu perjuangan yang tak mudah hingga membuat telur itu tak pecah di tengah jalan.
Kesetiaan mengikuti DIA, itu ibarat sebuah butir telur yang kita genggam di tangan. Sebuah perjalanan yang panjang, banyak rintangan, cobaan, godaan yang memaksa kita untuk segera melepaskan telur dari genggaman tangan. Tak mampu melewati rintangan dan cobaan hidup hingga telur itu pecah di tangan. Lalu kita buang dan kita campakan di tengah jalan. Namun kesetiaanNya, kerahimanNya yang tanpa batas tetap menyertai kita walaupun kita telah meninggalkanNya. Walaupun kita telah mencampakanNya. Seperti bau telur yang pecah di tangan, baunya tak akan hilang begitu saja, akan terus melekat dan menempel di tangan kita, menyertai kita sampai akhir perjalanan.
Akankah kita dapat setia sampai akhir? Dan dapat mengalami suasana penuh suka cita, sebuah pelukan hangat, dan suara yang mengatakan, "Terima kasih sahabatKU karena kamu telah setia sampai akhir."
-siGal-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar