Ungkapan "sungguh kasihan orang itu," sering terdengar dan terucap ketika kita melihat tayangan televisi, membaca surat kabar atau ketika di jalan. Melihat langsung orang yang lagi menderita. Menderita karena sakit, menderita karena tidak punya tempat tinggal, menderita karena digusur, menderita karena keadaan ekonomi, menderita karena keadaan tubuh dan masih banyak hal lain yang kita sangat mudah berkata "kasihan."
Rasanya ketika kita bilang kasihan kita seperti orang yang beruntung. Beruntung karena tidak mengalami apa yang mereka alami. Beruntung dan bersyukur akan keadaan yang lebih baik.
Tetapi pernahkah kita berpikir, andai kita seperti orang yang dikasihani? Tanpa disadari sebenarnya kita juga sering dikasihani. Dikasihani oleh Sang Pencipta. Jika dari mata kita, kita bisa memandang sesuatu hal dan bilang kasihan. Tentu mata kasih Sang Pencipta, dapat memandang jauh lebih tajam bahkan sampai mengetahui isi hati kita yang terdalam.
Mata kasihNya setiap hari selalu memandang kita. Dan nampaknya kita tak menyadari itu. Mata kasihNya berkaca-kaca ketika kita sering berpaling dariNya. Mata kasihNya yang meneteskan air mata jika kita berbuat salah, menyakiti sesama, dan tak pernah sama sekali mendengarkan suaraNya bahkan mengabaikanNya. MataNya memandang sayu, dan rindu untuk memanggil pulang anak-anakNya yang sempat tesesat. MataNya yang selalu memandang dengan penuh belas kasih, penuh kesabaran. Tak ada amarah sama sekali dimataNya, jika kita lagi, lagi dan lagi selalu mengulangi kesalahan yang sama. Tawaran dan uluran tanganNya senantiasa terjulur pada kita setiap saat. Namun tak jarang kita malah menamparNya, dan malah mengabaikanNya.
Kini dalam doa beranikah kita memandang wajahNya, yang selalu tersenyum penuh kasih?
Terima kasih Tuhan karena Engkau masih, mengasihani kami tanpa batas.
-siGal-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar