Selasa, 27 September 2011
Belajar menjadi seperti bubuk kopi
Ada seorang pemuda yang suka mengeluh jika sedang mengalami kesusahan dan penderitaan dalam hidupnya. Suatu kali ketika sedang mengalami kesusahan dalam hidupnya, ia pergi menjumpai seorang "Guru." Ketika bertemu dengan sang guru, si pemuda tersebut mengeluh betapa hidupnya tidak dikasihi Tuhan. Karena Tuhan sepertinya memberi kepadanya suatu ujian dan membiarkan dirinya jatuh dalam berbagai cobaan. Sang guru lalu mengambil beberapa benda. Benda yang pertama, sebutir telur ayam yang mentah. Benda kedua, sebuah kentang mentah, dan benda ketiga sebungkus bubuk kopi. Lalu sang gurus itu merebus air sampai mendidih.
Ketika air mendidih, sang guru berkata : "hey pemuda lihatlah, ketika telur ini mentah maka kulitnya tidak tahan benturan. Dan ketika ia terbentur maka cairan yang didalam cangkang akan meleleh dan tumpah. Lalu guru tadi mengambil telur dan merebusnya. Ia melanjutkan keterangannya. "Sekarang setelah ia direbus dan matang, kulitnya tetap mudah pecah bahkan ada yang retak-retak. Namun, isinya tidak lagi tumpah karena sudah menjadi kenyal yang biasa kita sebut telur rebus.
Diambilnya kentang mentah oleh sang guru dan merebusnya. Lalu setelah matang, guru tadi menjelaskan. "Kentang sewaktu matang keras, kita tidak mungkin untuk menekannya dengan jari-jari kita untuk membelahnya, untuk memecah-mecahnya. Tetapi ketika kentang menjadi matang, maka sangat mudah bagi kita untuk menghancurkan kentang itu."
Diambilnya bubuk kopi, sang guru lalu menyeduhnya dengan air yang mendidih, lalu berkata : "Sebelum diseduh dengan air panas, kopi ini tidak mengeluarkan aroma yang harum. Tetapi sesudah diseduh dengan air mendidih, bubuk kopi ini malah mengeluarkan aroma yang harum dan memancing selera orang-orang sekitarnya."
Pemuda yang senang mengeluh tadi bertanya : "Apa arti semuanya ini guru?" Dengan suara lembut, guru tadi menjawab : "Manusia itu dilambangkan dengan ketiga benda tadi yaitu telur, kentang dan bubuk kopi. Sedangkan air mendidih adalah berbagai ujian dan pencobaan dalam hidup manusia. Ada manusia yang seperti telur, ketika dia tidak dalam pencobaan, dirinya seperti cairan telur yang didalam cangkangnya. Hatinya masih cair dan masih mau menerima pandangan orang, dan bahkan mau menerima sabda Tuhan. Tetapi setelah dia masuk dalam ujian dan pencobaan, hatinya berubah dari yang cair menjadi membeku. Dirinya tidak lagi mau menerima nasehat, bahkan tidak mau lagi menerima sabda Tuhan. Hatinya benar-benar membeku untuk itu semua."
"Ada manusia yang seperti kentang. Sebelum orang itu masuk dalam ujian dan pencobaan, dia adalah orang yang kuat dalam beragama, kuat dalam bertuhan. Namun, setelah ia masuk dalam ujian dan pencobaan, maka segala kekuatannya beragama, kekuatannya dalam bertuhan menjadi susut dan ia menjadi lemah rohaninya, lemah dalam imannya, lemah dalam kepercayaannya kepada Tuhan."
"Namun ada orang yang seperti bubuk kopi. Sebelum orang itu masuk dalam ujian dan pencobaan, dia adalah orang yang biasa-biasa saja. Baik dalam iman, kerohaniannya. Namun, setelah ia masuk dalam ujian dan pencobaan, maka imannya akan bertumbuh, kerohaniannya semakin berkembang. Ia semakin menjadi orang yang semakin dekat dengan Tuhan. Sehingga ia seperti bubuk kopi yang harum bagi orang-orang yang disekitarnya. Kehidupannya akan menjadi kesaksian yang baik bagi orang-orang sekelilingnya. Bahwa Tuhan itu begitu mengasihi setiap orang, Tuhan begitu peduli kepada setiap anak-anak-Nya. Tuhan tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya, meskipun anak-anak-Nya sering meninggalkan Dia."
Lalu guru tadi menutup wejangannya dengan berkata, " hendaknya kamu belajar dari cerita tadi. Janganlah menjadi orang yang seperti telur ayam itu, atau menjadi kentang mentah tadi. Tetapi harus belajar menjadi seperti bubuk kopi tersebut."
Bagaimana dengan diri kita? Apakah dalam menghadapi ujian dan pencobaan dalam hidup ini, iman kita, kerohanian kita, kepercayaan kita kepada Tuhan semakin kuat? Ataukah semakin lemah? Belajarlah menjadi seperti bubuk kopi.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar