Minggu, 04 September 2011
"Bongkahan-bongkahan bebanku"
Menyaksikan penambang belerang yang harus naik turun gunung, membuat aku bertanya, "Sudah berapa kalikah mereka bolak-balik naik turun gunung?" Mereka naik turun jalan, menyusuri jalan yang sempit dengan menenteng bongkahan belerang yang dipikul. Masing-masing pikulan terisi penuh bongkahan belerang. Jika ditotal mungkin beratnya ada yang lebih dari 30 kg semampu kekuatan penambang, dan sebesar kemampuan keranjang untuk menampung bongkahan belerang. Perjalanan yang cukup jauh untuk sampai ke tempat penadah. Tak jarang mereka beristirahat untuk memulihkan tenaga yang telah terkuras. Berjalan setapak demi setapak hingga sampai ke tempat tujuan.
Perjalanan hidup kita ibarat seorang penambang bongkahan belerang. Masing-masing pribadi dalam mengarungi perjalanan hidup selalu mengalami persoalan. Dan tak jarang orang yang mengalami persoalan menjadikan itu sebagai beban. Beban yang memaksa mereka untuk berjalan pelan-pelan, beban yang memaksa kita untuk beristirahat. Tak jarang pula beban itu membuat kita jadi undur diri dan memilih pulang. Beban yang membuat banyak orang jadi berputus asa.
Setiap pribadi tentu beraneka macam dalam menyikapi setiap beban persoalan hidup. Tak mudah pula kita membanding-bandingkannya, karena mental, kondisi dan beban masalah, tentu berbeda-beda tiap orang. Andaikan masalah yang lagi kita hadapi itu ibarat bongkahan belerang, tentu bongkahan belerang tak melebihi kapasitas keranjang. Tak mungkin keranjang itu dikasih bongkahan batu belerang sebesar rumah. Disamping keranjangnya tak muat, orang juga tak bakalan mampu membawanya.
Beban masalah hidup yang kita hadapi, jika hidup kita ibarat penambang bongkahan tentu tak pernah melebihi kekuatan kita. DIA yang memberikan beban, tentu sudah memperhitungkan kita masih bisa berjalan setapak demi setapak. Walaupun pelan sekali jalannya karena beratnya beban. DIA yang memberikan "bongkahan-bongkahan belerang" juga telah menyediakan tempat-tempat peristirahatan untuk kita jika kita butuh istirahat. Di tempat itu kita yang telah lelah, letih dan berbeban berat boleh beristirahat. Dan di tempat-tempat itu kita akan menemukan kelegaan dan kesegaran kembali. Sejuknya air serta udara segar yang menyapa kita, memampukan kita untuk kembali membawa "bongkahan-bongkahan kecil belerang."
Kelak "bongkahan-bongkahan kecil belerang" yang kita bawa dengan susah payah itu tak hanya sia-sia berupa bongkahan belerang saja. Tetapi oleh TanganNya diubah menjadi sesuatu yang bermakna dalam perjalanan hidup kita dan hidup sesama. Seperti halnya bongkahan belerang akan diubah menjadi sabu mandi, di ubah menjadi salah satu bahan industri, di ubah menjadi bahan bakunya lainnya.
Terima kasih Tuhan ketika aku tak kuat berjalan membawa "bongkahan-bongkahan belerang" dan ku terjatuh, terhenti di tengah jalan. Engkau membangunkanku, memapahku dan memampukan aku berdiri lagi. Terima kasih pula telah berjalan bersamaku, membantuku dan turut serta membawa "bongkahan-bongkahan belerangku."
-siGal-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Apik bos catatannya.........
tetap swemangaad dalam membawa setiap "bongkahan-bongkahan beban kita"^0^b
Posting Komentar