Kamis, 15 September 2011
"Maaf ikan, air danauku telah mengering"
Maaf ikan, air di danauku telah kering. Tak ada setetes air di danauku. Padahal musim kemarau rasanya baru 4 bulan, namun cadangan air di danau ku telah habis. Aku begitu sedih, ingin membantu namun apalah daya aku tak bisa. Sedih rasanya melihat ikan-ikan pada mati satu persatu. Melihat hewan-hewan tak bisa lagi meminum air di danau ini. Biota-biota di bawah danau rasanya tak ada yang tersisa. Semuanya telah kering dan telah hancur.
Melihat manusia yang pulang dengan tangan hampa dengan menjinjing ember-ember kosong, pergi meninggalkan danau tanpa hasil. Pergi dan berjalan jauh berharap pencarian di tempat lain menemukan hasil. Mahalnya air yang dijual oleh pihak swasta rasanya tak mampu dijangkau. Mengharapkan bantuan dari pemerintah mesti harus bersabar.
Terkadang masih kulihat manusia yang rela mengais-ngais dasar danau ini, untuk berharap ada air danau yang masih tersisa. Dasar danau ini tanahnya sudah terlihat retak-retak. Panasnya mentari telah memaksa tanah ini terus bergerak. Air hujan belum turun juga. Menurut perkiraan harus menunggu satu bulan lagi baru masuk musim penghujan. Bagiku aku dapat menunggu, namun bagi manusia, hewan dan tumbuhan yang mengandalkan air dari danauku apakah mampu menunggu?
Bukan hanya di tempat ini saja terjadi krisis air. Ternyata di daerah-daerah lain juga mengalami krisis air. Air sumur mulai menyusut, aliran sungai-sungai mulai kecil, danau-danau mulai kering. Musim kemarau rasanya belum berkepanjangan. Namun semuanya sudah pada kelabakan. Kita tak tahu apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Perubahan tata guna lahan yang sembarangan telah memaksa terjadi perubahan iklim dunia yang drastis. Sudah siapkah kita dengan perubahan iklim dunia, yang tak menentu ini?
Semakin banyak hutan-hutan gundul, pepohonan di sekitar danau semakin tak terlihat, bukit-bukit banyak yang dipotong dan dibelah buat akses jalan, pembangunan gedung dan perumahan yang semakin menjamur dimana-mana. Debit air di waduk yang mulai menyusut yang berakibat terhambatnya pasokan listrik. Apakah kita telah benar-benar siap, jika sewaktu-waktu terjadi musim kemarau yang berkepanjangan?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar